Damaskus – GemaDakwah: Kepala Biro Politik Gerakan
Perlawanan Islam Hamas Khaled Misy’al menegaskan bahwa hubungan Hamas
dengan Sudan sangat kuat. Dia mengapresiasi sikap Sudan terhadap isu
Palestina.
Misy’al menyatakan bahwa
kunjungannya terakhir ke Sudan tidaklah tiba-tiba, namun sudah melalui
musyawarah dengan pimpinan Sudan dan menyampaikan apa yang terjadi di
Kairo seputar rekonsiliasi Palestina dan pertemuan dengan gerakan Fatah
yang dipimpin Abu Mazen (Abbas).
Mengenai pertemuan
rekonsiliasi terakhir di Kairo dan kekhawatiran kemungkinan kesepakatan
tidak berhasil, Misy’al mengatakan, “Kecemasan dan ketahutan itu muncul
karena pertemuan-pertemuan ini mungkin tidak diikuti dengan refleksi
nyata di lapangan. Ketakutan seperti ini sah-sah saja, membandingkan
dengan pengalaman masa lalu. Rakyat Palestina konsen untuk menyelesaikan
rekonsiliasi dan khawatir pertemuan-pertemuan tidak membuahkan hasil.
Kami memahami kekhawatiran yang sah seperti ini, namun saya katakan
dengan jujur pertemuan ini ada keseriusan dan menggembirakan. Karena ada
pembicaraan tentang partisipasi dan saling memikul tanggung jawab, ada
konsen timbal balik untuk melaksanakan rekonsiliasi, memperbaiki dan
merekonstruksi PLO.”
Mengenai ketakutan Israel akan
keberhasilan rekonsiliasi, Misy’al mengatakan, “Hanya dengan adanya
rakyat Palestina (hidup) di tanahnya dan bahkan meskipun mereka ada di
berbagai belahan dunia saja dianggap sebagai tantangan buat mereka
(Israel). Israel lah yang memulai permusuhan, pendudukan, pengusiran dan
pembunuhan rakyat Palestina. Tidak ada harapan kebaikan sedikitpun dari
musuh ini. Kewajiban kami adalah melayani rakyat dan tidak penting bagi
kami reaksi Israel.”
Misy’al menegaskan bahwa salah
satu tantangan situasi internal Palestina, baik terkait rekonsiliasi
maupun yang lainnya, adalah kemungkinan campur tangan luar. Yang paling
menonjol adalah dari entitas Zionis Israel, pemerintah Amerika dan tim
kuartet yang menetapkan persyaratan dan berupaya merusak setiap
kesepahaman internal Palestina.
Mengenai perkembangan terakhir
di dunia Arab yang dikenal dengan sebutan “Musim Semi Arab”, apakah ada
dampak negatifnya tehadap gerakan Hamas, Misy’al mengatakan, “Bahkan
sebaliknya, sangat menggembirakan kami. Secara lahiriyah, Musim Semi
Arab membuat umat dan rakyatnya sibuk dengan persoalan lokalnya dan
menata rumah internalnya untuk beberapa waktu. Ini benar, mungkin
memalingkan dari isu Palestina untuk beberapa waktu, namun itu adalah
hak umat dan hak rakyat. Terlebih rakyat Arab telah memberikan dukungan
besar pada isu Palestina. Karena itu menjadi hak mereka untuk sedikit
menoleh kepada pesoalan internal pribadinya. Kami behagia dengan Musim
Semi Arab ini, karena menempati urutan pertama yang memperkokoh kehendak
rakyat dan pilihannya. Selanjutnya, Musim Semi Arab menjadi mukadimah
bagi kebangkitan besar umat yang akan membuatnya lebih kuat dalam
menghadapi Zionis Israel.” (asw/ip)
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com