Jamal Abu Raidah
Paus
Paulus Benediktus XVI mempertegas kembali dalam bukunya Jesus dari
Nazaret bahwa Yahudi terbebas dari pembunuhan Jesus. Ini bukan pertama
kalinya Gereja Katolik menyatakan Yahudi terbebas dari darah Mesiah (Isa
alias Jesus). Paus Kardinal dalam konferensi Vatikan II di Roma tahun
1963 mengajukan piagam yang menyerukan agar menganggap bangsa yahudi
adalah bagian dari harapan Jesus dan tidak boleh tindakan yang dilakukan
di jaman Jesus kepada yahudi modern saat ini. Salah satu alasannya,
kebanyakan bangsa yahudi tidak mengetahui sama sekali apa yang terjadi.
Padahal pernyataan ini bertentangan terang-terangan dengan teks-teks
Injil tentang peran yahudi dalam membunuh Isa as. Komite Vatikan untuk
hubungan dengan Yahudi tahun 1985 mengumumkan terbebasnya Yahudi dari
keterlibatan dalam pembunuhan Jesus berdasarkan arahan Paus Paulus
Yohana II. Sebagaimana pula piagama menyerukan agar tidak menganggap
yahudi sebagai bangsa terbuang dan memusuhi Jesus. Bahkan, piagam itu
mengajak mengakui bahwa Jesus sendiri adalah Yahudi dan akan tetap
menjadi yahudi.
Sebagai orang Muslim kita
yakin pasti bahwa memang yahudi tidak membunuh Isa as. Sebab Allah
menyelamatkannya dari mereka. Berdasarkan firman Allah,
“dan
karena ucapan mereka : "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa
putra Maryam, Rasul Allah [378]", padahal mereka tidak membunuhnya dan
tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih paham tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam
keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan
tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka,
mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah 'Isa.”
Tetapi
(yang sebenarnya), Allah telah mengangkat 'Isa kepada-Nya [379]. Dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisa’: 157-158)
Namun
demikian bukan berarti Allah membebaskan mereka dari kejahatan usaha
pembunuhan itu dengan berbagai cara; termasuk dengan menyuap dan sumpa
palsu. Yahudi juga yang merencanakan untuk menyalib Nabi Isa dan
melakukan konspirasi. Maka mereka menangkap sosok yang dikira Isa dan
membunuhnya. Dalam hukum apapun, ini adalah kemungkinan.
Pernyataan
Paus Paulus di atas menurut pengetahuan penulis tidak menambahkan hal
baru terhadap apa yang sudah ada sebelumnya. Ini hanya dilakukan untuk
memperbaiki hubungan antara Gereja Katolik dengan Israel dalam beberapa
tahun belakangan yang salah satu wujudnya adalah pertukaran diplomasi
antara dua pihak sejak tahun 1993 dan kunjungan Paus Paulus Yohana II ke
Jerusalem tahun 2000. Ini adalah Kristen politik yang ingin
menghubungkan Negara-negara Asia dan Afrika dengan roda barat melalui
jalan penyebaran gagasan Kristen di antaranya mereka. Pemikiran Kristen
semacam ini berdiri menghadang Islam dan umatnya dalam segala bidang.
Terutama menghadapi kebangkutan Islam. Salah satu buah dari kebangkitan
itu adalah musim semi Arab yang berhasil hinga kini menjatuhkan di
antara rezim Husni Mubarak.
Beberapa
decade belakangan, Yahudi memang berhasil menginfiltrasi ke agama
Kristen dan menguasai tokoh agama ini. Barangkali apa yang dilansir
harian Inggris edisi 21 Mei 1964 berupa surat Michel Romzi, ketua uskup
Cantiri di Inggris yang berisi sejauh mana infiltrasi yahudi dalam agama
Kristen. Dalam surat itu disebutkan, salah jika mengecam Yahudi
menyalib Jesus. Sebab penguasai Romawi saat itu juga ikut
bertanggungjawab jawab atas apa yang terjadi dan penyalipan Jesus adalah
karena pertentangan antara cinta Allah dan kesalahan serta egoisme
semua manusia. Seakan surat ini adalah memenuhi tuntutan Dewan Hubungan
Yahudi – Kristen di Inggris.
Membaiknya
hubungan antara Kristen dengan Yahudi ini menuntut agar bangsa Arab dan
Umat Islam melupakan perpecahan mereka segera dan melihat masa depan.
Sebab perbedaan antara bangsa jika disbanding dengan perbedaan Kristen
dan Yahudi hanya bersifat formalitas semata. (bsyr)
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com