Hambatan-hambatan Kebangkitan: 2. Fitnah; yang Jelas dan Tersembunyi

Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin
Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam atas Rasulullah al-amin, beserta keluarga dan orang-orang yang mendukungnya.. selanjutnya.
Apakah umat akan sudi kembali mundur padahal sudah mengawali kebangkitannya?!
Bahwa kebangkitan umat selamanya milik kaum reformis, untuk itu mereka bergerak dan bekerja, dan untuknya mereka menghadirkan pengorbanan dengan kejujuran dan keikhlasan, dan dengannya juga mereka menanggung kepenatan, bahkan menghadang berbagai keletihan dan kepayahan, mereka telah membagi jiwa mereka, berjanji dengan Tuhan mereka untuk melangkahkan kaki melintasi jalan kebangkitan, meskipun harus menghadapi berbagai rintangan dan hambatan.
Dan sebelumnya kita telah membicarakan salah satu hambatan kebangkitan yaitu perpecahan dan pertikaian, dan bagaimana cara menghadapinya; sehingga dapat mewujudkan misi kebangkitan yang diinginkan oleh seluruh komponen umat. Dan dalam risalah ini adalah hambatan kebangkitan lainnya yaitu fitnah.
Selama hidupnya sang teladan umat manusia senantiasa memohon perlindungan darinya, sebagaimana yang dituntut kepada setiap orang yang ingin membangkitkan negeri  mereka untuk berhati-hati. Seperti dalam hadits Zaid bin Tsabit dari Nabi saw bersabda:
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah yang zhahir maupun yang batin (tersembunyi). (Muslim)
وهذا أمير المؤمنين عمر يقول للشعب المؤمن: هل منكم أحد سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يذكر الفتن؟ فقال قوم: نحن سمعناه، فقال: لعلكم تعنون فتنة الرجل في أهله وجاره؟ قالوا: أجل، قال: تلك تكفِّرها الصلاة والصيام والصدقة، ولكن أيكم سمع النبي صلى الله عليه وسلم يذكر الفتن التي تموج موج البحر؟! قال حذيفة: فأَسكَتَ القوم فقلت: أنا، قال: أنت.. لله أبوك! قال حذيفة: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: “تعرض الفتنُ على القلوب كالحصير عُودًا عُودًا، فأيما قلب أُشربها (أي قبلها وتأثر بها) نُكت فيه نكتةٌ سوداءُ، وأيما قلب أنكرها (أي رفضها) نُكت فيه نكتةٌ بيضاءُ؛ حتى تصير على قلبين: على أبيضَ مثلِ الصّفا فلا تضره فتنة ما دامت السماوات والأرض، والآخرُ أسودُ مُربادًّا (شديد السواد) كالكوز مُجخِّيا (الكوز مقلوبًا والسواد ناتج من الهباب الذي يصنعه الحطب الذي يستخدم كوقود) لا يعرف معروفًا، ولا ينكر منكرًا، إلا ما أشرب من هواه
Amirul Mu’minin Umar bin Khattab berkata kepada kaum yang beriman: “Apakah diantara kalian ada yang mendengar sabda Nabi saw yang mengingatkan tentang fitnah? salah satu kelompok berkata: kamilah yang telah mendengarnya. beliau berkata: boleh jadi yang kalian maksudkan adalah fitnah seorang lelaki (suami) terhadap keluarganya (istrinya) dan tetangganya? mereka berkata: betul. maka beliau berkata: hal tersebut akan menggugurkan shalat, puasa dan sedekah. Namun adakah yang mendengar sabda Nabi saw yang mengingatkan tentang fitnah yang bergelombang seperti gelombang air di lautan?! Hudzaifah berkata: maka kaumpun diam. Maka saya berkata: Saya yang pernah mendengarnya. Umar berkata: Kamu, demi Allah dan demi bapakmu! Hudzaifah berkata: saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Fitnah akan ditampakkan ke dalam hati seperti halnya tikar sehelai demi sehelai, adapun hati yang merengguknya (menerima dan terpengaruh dengannya) maka akan ternodai dengan noktah hitam, adapun hati yang mengingkarinya (atau menolaknya) maka masuk kedalamnya cahaya putih; sehingga jadilah dua model hati: hati yang putih seperti air bening, yang tidak akan terpengaruh dengan fitnah selama berdiri langit dan bumi, adapun yang lainnya hitam legam (hitam sekali) seperti koz mujkhiya (maksudnya terbalik dan hitam karena api yang membakar kayu yang digunakan untuk memasak) tidak mengetahui kebaikan, tidak mengingkari kemungkaran kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya saja”. (Muslim)
Begitulah fitnah yang meliputi berbagai perkara yang jelas, tidak bisa berbuat bijak dan menentukan sesuatu kecuali karena hawa nafsu dan mengekor kepada kebatilan, karena itu ada sebagian yang bersungguh-sungguh pada kehidupan yang tidak benar, berjuang di jalannya dan mati karenanya dengan kematian yang merusak.
Dari sini terbuka pintu-pintu fitnah atas hati, bahkan terus berlanjut tanpa henti, kadang berjalan dalam kehinaan dan kerusakan, dan kadang terjerumus pada perpecahan dan pencabikan barisan, dan kadang pula dengan mengalirkan darah orang-orang yang tidak berdosa, melecehkan kehormatan yang terlindungi, menyia-nyiakan potensi dan harta, padahal Nabi saw bersabda:
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
 ”Sungguh, hilangnya dunia bagi Allah lebih ringan daripada membunuh seorang muslim”. (Tirmidzi)
Renungkanlah peristiwa ini; fitnah yang dialami oleh Nabi saw pada awal dakwahnya, dan sungguh merugi orang yang menyulutnya, ketika penduduk Madinah dari dua golongan (Aus dan Khazraj) beriman dan mereka bergembira dengan Islam yang mereka anut. Lalu lewat dihadapan mereka seorang Yahudi bernama Syas bin Qais (pembawa fitnah) yang mengingatkan mereka tentang peristiwa perang Buats dan apa yang mereka alami dalam pertikaian lama tersebut, sehingga mereka terpicu kembali untuk bertikai dan berperang!! maka datanglah Rasulullah saw dan mengingatkan mereka kepada Allah: “Wahai kaum muslimin.. Allah.. Allah.. apakah dengan seruan jahiliah ini kalian terpicu, padahal saya masih ada di hadapan kalian setelah Allah memberikan hidayah Islam dan memuliakan kalian dengannya, menghapus kejahiliaan, menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menyatukan hati-hati kalian lalu kalian kembali menjadi kafir?! Akhirnya kaum muslimin sadar bahwa  yang demikian merupakan bisikan syaitan dan tipu daya musuh, fitnah yang dapat membunuh dan menghancurkan, sehingga mereka melemparkan senjata, menangis dan saling berpelukan satu sama lainnya, kemudian mereka bubar setelah mendengar dan menaati perintah Rasulullah saw. Sungguh Allah telah mematikan tipu daya musuh mereka. Allah menurunkan ayat:
وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (Ali Imran:101);
Karena itu, apakah setelah penjelasan yang terang dan gamblang ini umat akan sudi kembali kebelakang setelah sebelumnya berhasil melakukan perubahan dan reformasi dan memulai kebangkitan dan pembangunan?! apakah akan sudi kembali kebelakang padahal Allah selalu bersama mereka?! Allah berfirman kepada orang yang merekayasa fitnah dan penumpah darah
كُلَّمَا أَوْقَدُوا نَارًا لِلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللَّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأرْضِ فَسَادًا وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan”. (Al-Maidah:64)
Pelajaran dari hadits tentang perahu dengan kondisi yang terjadi saat ini
Dari Nu’man bin Basyir ra dari Nabi saw bersabda:
مَثَلُ القَائِم في حُدُودِ اللَّه والْوَاقِع فيها ، كَمثل قَومٍ اسْتَهَموا على سَفِينَةٍ ، فَأَصابَ بَعْضُهم أعْلاهَا ، وبعضُهم أَسْفلَهَا ، فكان الذي في أَسفلها إذا استَقَوْا من الماء مَرُّوا على مَنْ فَوقَهمْ ، فقالوا : لو أنا خَرَقْنا في نَصِيبِنَا خَرقا ولَمْ نُؤذِ مَنْ فَوقَنا ؟ فإن تَرَكُوهُمْ وما أَرَادوا هَلَكوا وهلكوا جَميعا ، وإنْ أخذُوا على أيديِهِمْ نَجَوْا ونَجَوْا جَميعا
 ”Perumpamaan orang yang menegakkan hukum Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya, seperti kaum yang menaiki kapal, ada yang berada di atas dan sebagian lainnya berada dibawah, sementara itu, orang-orang yang berada di bawah jika butuh air maka mereka harus naik dan melewati orang-orang yang berada diatas. diantara mereka ada yang berkata: “jika kita butuh air, bisa saja kita melubangi kapal ini sehingga mendapatkan air dan tidak menyakiti orang-orang yang ada diatas. Jika yang lainnya membiarkan mereka melakukan hal tersebut maka binasa mereka dan binasa pula yang lainnya, namun jika mereka mengambil sikap tegas dan menahan tangan mereka maka selamatlah mereka begitupula yang lainnya”. (Bukhari)
Sungguh hadits diatas sama persis dengan kondisi umat saat ini. inilah contoh yang diberikan oleh Nabi sebagai jalan menuju kebangkitan umat dan membangun masa depannya, seperti halnya kapal yang berjalan melintasi lautan, tidak hanya menghadapi kerasnya gelombang ombak, perubahan cuaca dan kerasnya angin dari luar, namun juga akan menghadapi bahaya yang lebih besar yang berasal dari dalam, dan dari dalam itulah pusat kehancurannya, kebinasaannya. Bagaimana mungkin perjalanan hidup bisa selamat seperti dia menghancurkan dirinya sendiri?!
Setelah dilakukan undian untuk menentukan tempat, maka nasib sebagian mereka berada diatas dan yang lainnya berada dibawah; manusia terbagi pada dua bagian: pertama bekerja dan berusaha membersihkan umat dan masyarakat dan menyeru kepada pembinaan dan yang kedua hanya melihat pada ruang yang sempit tanpa memperhatikan kemaslahatan umum.
Solusi yang diberikan oleh Nabi saw adalah bahwa diantara kewajiban golongan pertama adalah tidak membiarkan orang-orang yang terjerumus pada kesalahan, acuh dan berfikiran sempit: “jika mereka membiarkannya maka binasalah mereka dan binasa semuanya; sebagaimana firman Allah SWT:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya”. (Al-Anfal:25)
Begitupula umat secara keseluruhan jika tidak berusaha melakukan usaha yang mengarah pada stabilitas dan pembangunan lalu membiarkan orang-orang pendosa melakukan kehancuran dan kerusakan maka binasalah semuanya. Karena itu pula, apakah merupakan kebebasan personal melakukan kerusakan dengan melubangi kapal untuk mendapatkan bagiannya dengan mengambil air dari dekat dan bertujuan tidak menyakiti orang yang ada diatas meskipun sekedar niat yang mulia atau karena alasan yang rasional? apakah masuk akal terjadi tindakan yang merusak lembaga-lembaga setingkat negara, atau menghancurkan kewibawaan negerinya, atau menghancurkan kepemilikannya dengan tangannya sendiri atau membunuh dan melukai anak-anak dan saudara-saudaranya sendiri?!
Sungguh sempit wawasan orang yang hidup demikian, tidak peduli dengan bahaya yang mengancam secara keseluruhan dimasa yang akan datang, terbius oleh kepentingan pribadi, oleh paradigma yang salah, orientasinya tidak mau melihat tempat berpijaknya, sehingga tidak mau memperhatikan orang lain yang ada di sekililingnya; karena hanya terfokus pada kepentingan pribadi, kepentingan anani yang sempit, tidak perhatian dan memperhatikan harta dan pada selanjutnya tidak mampu memberikan solusi kecuali kehancuran umat dan dirinya tidak sadar akan hal tersebut!
Sungguh yang demikian merupakan kehinaan bagi yang tidak mau menyadari akan akibatnya; baik dari perkataan atau perbuatan atau apa-apa yang diserukan kepadanya dan berusaha disebarkan…Allah berfirman:
وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ اللَّهِ عَظِيمٌ
“Dan kalian menganggapnya ringan dan remeh padahal disisi Allah sangatlah besar” (An-Nuur:15)
Allah juga mengingatkan orang-orang yang berorientasi duniawi, oportunis dan temporer pada saat melihat harta Qarun yang berlimpah, mereka berkata seperti firman Allah:
يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. (Al-Qashash:79)
Maka akibatnya dan hasilnya adalah kebinasaan dan kehancuran!
Demikianlah kondisi kita saat ini…setelah kembalinya kemerdekaan dan kehormatannya umat harus menentukan sikap yang sungguh-sungguh dan tegas, terutama dihadapan orang-orang yang melakukan rekayasa dan menghembuskan fitnah baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi. Sikap positif dalam menghadapi berbagai fitnah bukan berarti menjauhinya dengan cara mengisolir diri secara negatif dan lari dari realita yang menghadangnya, namun tetap maju guna memberikan arahan kepada umat yang sedang mengalami kebingungan bagaimana cara keluar darinya, memberikan pengarahan kepada umat dengan menjelaskan hakikat yang sebenarnya, membuka mata umat akan akibat yang sedang mengintainya. Dengan sendirinya, niscaya akan memberikan keselamatan bagi negeri-negeri, mewujudkan keamanan bagi bangsa, menjamin stabilitas dan bahkan memberikan keselamatan bersama, bahkan bagi orang-orang yang banyak melakukan kesalahan sekalipun, hal ini sesuai dengan arahan Nabi saw: “Jika mereka berusaha menahan tangannya maka selamatlah mereka dan selamat pula yang lainnya”, dan juga sesuai dengan firman Allah:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”. (Hud:117) tidak disebutkan “Shalihun” (baik untuk dirinya).
Tidak ada kebangkitan bagi Umat kecuali dengan menghadang fitnah
Fitnah seperti penggalan malam, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi saw
إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
“Sesungguhnya dihadapan hari kiamat terdapat banyak fitnah seperti penggalan waktu malam yang gelap” (Ibnu Majah)
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ يُحَدِّثُ مَجْلِسًا أَنَا فِيهِ عَنْ الْفِتَنِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَعُدُّ الْفِتَنَ مِنْهُنَّ ثَلَاثٌ لَا يَكَدْنَ يَذَرْنَ شَيْئًا وَمِنْهُنَّ فِتَنٌ كَرِيَاحِ الصَّيْفِ مِنْهَا صِغَارٌ وَمِنْهَا كِبَارٌ
Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Hudaifahbin Al-Uaman bahwa Nabi saw saat menceritakan tentang majelis fitnah  yang mana saya berada di dalamnya dan dalam sabdanya beliau menghitung-hitung fitnah: “Diantaranya ada tiga perkara yang tidak bisa ditinggalkan sedikitpun, dan diantanya pula seperti angin yang berhembus di musim panas, diantaranya ada yang kecil dan diantaranya ada pula yang besar”. (Muslim)
Dan dalam shahih Muslim dari Abdullah bin Amru bin Ash ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ أُمَّتَكُمْ هَذِهِ جُعِلَ عَافِيَتُهَا فِي أَوَّلِهَا وَسَيُصِيبُ آخِرَهَا بَلاَءٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا وَتَجِيءُ فِتْنَةٌ فَيُرَقِّقُ بَعْضُهَا بَعْضًا، وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ مُهْلِكَتِي، ثُمَّ تَنْكَشِفُ وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ هَذِهِ”، يعني هذه هي الفتنة الداهية
“Sesungguhnya umat ini akan diberikan kekuatannya pada masa awalnya dan akan ditimpa pada masa akhirnya dengan ujian dan beberapa perkara yang kalian senantiasa mengingkarinya, dan akan datang fitnah sehingga membuat lembut sebagiannya dari yang lain, begitupula akan datang fitnah maka orang beriman akan berkata inilai waktu kebinasaan saya kemudian baru tersingkap, dan akan datang fitnah sehingga diantara orang beriman berkata ini dan ini”. maksudnya adalah fitnah yang laten.
أَشْرَفَ النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ فَقَالَ: “هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى؟ إِنِّي لَأَرَى مَوَاقِعَ الْفِتَنِ خِلالَ بُيُوتِكُمْ كَمَوَاقِعِ الْقَطْر
Dan dari Usamah ra berkata: “Sebaik- baik nabi saw atas Atam dari atam kota Madinah, lalu beliau berkata: “Apakah kalian melihat apa yang saya lihat? sungguh saya melihat tempat-tempat fitnah dirumah-rumah kalian seperti tempat-tempat kota”. (muttafaq alaih).
Karena itulah Al-Qur’an menetapkan akan sunnah ini yang tidak akan berubah dan berganti untuk setiap hamba-hambanya di muka bumi. Allah SWT berfirman:
الم  أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ  وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (Al-Ankabut:1-3)
Karena itu, tidak ada kebangkitan bagi umat kita saat ini kecuali dengan menghadapi berbagai fitnah, berusaha untuk menghilangkannya. Karena ia tidak akan berakhir namun terus berlanjut. Adapun kewajiban bagi kaum ferormis sekarang ini adalah:
Pertama: Mempersenjatai diri dengan taqwa dan Iman
Taqwa dan iman bukan sekedar kata-kata yang manis diucapkan, namun seperti yang diungkapkan oleh Sayyid Qutb tentang Iman adalah:
إنما هو حقيقة ذات تكاليف، وأمانة ذات أعباء، وجهاد يحتاج إلى صبر، وجهد يحتاج إلى احتمال، فلا يكفي أن يقول الناس: آمنّا، وهم لا يتركون لهذه الدعوى، حتى يتعرَّضوا للفتنة فيثبتوا عليها ويخرجوا منها صافية عناصرهم خالصة قلوبهم، كما تفتن النار الذهب لتفصل بينه وبين العناصر الرخيصة العالقة به، وكذلك تصنع الفتنة بالقلوب، هذه الفتنة على الإيمان أصل ثابت، وسنة جارية
“Ia merupakan hakikat yang memiliki konsekwensi, amanah yang memiliki beban, jihad yang membutuhkan kesabaran, kesungguhan yang membutuhkan daya tahan, sehingga tidak cukup dengan berkata: “Kami beriman, karena mereka tidak akan dibiarkan dengan klaim ini sehingga mereka harus menghadapi berbagai fitnah, lalu apakah mereka akan teguh kepadanya atau keluar darinya, sehingga bersih unsur-unsurnya dan suci hati-hatinya, sepereti halnya api yang membakar emas untuk memilah darinya unsur-unsur yang murah (tidak berharga) yang menempel padanya, begitupula fitnah akan membentuk hati. Fitnah dalam konteks keimanan adalah dasar yang tetap, dan sunnah yang akan terus berlangsung”.
Sebagaimana hadits Nabi saw yang menyeru kita kepada realisasi yang ada dalam tubuh kita dan masyarakat kita dan bahkan yang ada pada manusia secara umum. Beliau bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ، وَيَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ
“Barangsiapa yang ingin dijauhi dari api neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka hadirkanlah keinginannya dengan beriman kepada Allah dan hari akhir, lalu hadir di tengah umat manusia dengan sesuatu yang mereka cintai sebagaimana ia ingin diperlakukan”. (Musnad Ahmad)
Kedua: Sabar dan senantiasa memohon pertolongan hanya kepada-Nya
Seperti yang disebutkan dalam hadits nabi saw:
فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ، الصَّابِرُ فِيهِ مِثْلُ الْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ، لِلْعَامِلِ فِي ذَلِكَ الزَّمَانِ أَجْرُ خَمْسِينَ رَجُلا، وَزَادَنِي غَيْرُ عُتْبَةَ بن أَبِي حَكِيمٍ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَجْرُ خَمْسِينَ رَجُلا مِنَّا أَوْ مِنْهُمْ، قَالَ:لا بَلْ أَجْرُ خَمْسِينَ رَجُلا مِنْكُمْ.
“Sesungguhnya dibelakang kalian terdapat hari-hari kesabaran, dan sabar di dalamnya seperti halnya menggenggam bara api, bagi yang mampu menahannya maka akan mendapat ganjaran serupa dengan 50 orang laki-laki yang berbuat seperti dirinya. Para sahabat berkata: Wahai Rasulullah ganjarannya seperti 50 orang dari mereka? Nabi berkata: 50 orang dari kalian”. (Ibnu Majah dalam bab fitnah)
Ketiga: Kesadaran terhadap besarnya fitnah dan konspirasi murahan
Dan dengan bagi setiap jiwa yang ingin membangkitkan umat akan senantiasa menghadapi rintangan, tanpa henti dan jeda. Allah SWT berfirman:
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
“Dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”. (An-Nisa:66).
Bahkan keinginan memiliki kebahagiaan dan kehidupan yang mulia sebagaimana sabda Rasulullah saw:
إن السعيد لمن جُنِّبَ الفتن
“Sesungguhnya kebahagiaan adalah milik siapa yang jauh dari fitnah”. (Abu Daud dari Miqdad bin Aswad)
Do’a merupakan benteng dan pelindung serta penolak seluruh ujian, khususnya pada waktu-waktu ijabah, sehingga kelak doa dan bala akan mampu diberikan solusi.
Keempat: Bersungguh-sungguh dalam menjaga persatuan barisan, kewibawaan bangsa, kekuatan kata, dan menghindari ketergesa-gesaan dan terburu-buru dalam menerapkan langkah-langkah kebangkitan, atau memetik buah sebelum masak, meskipun kondisi, realita dan kewaspadaan juga dari kelambatan, selingan, kelalaian dan menunda-nunda; merupakan kebalikan yang dapat membinasakan, karena sikap wastiyah (moderat) adalah manhaj umat dan tabiatnya.
Kelima: Menjalin hubungan baik kepada Allah SWT dan tsiqah akan dekatnya kemenangan, mempraktekkan wasiat nabi saw dalam menjauhkan umat terhadap fitnah yang tampak dan tersembunyi, walaupun fitnah adalah sebaik-baik cara untuk mempersiapkan kader-kader pembawa kebangkitan. Dan bangsa Mesir adalah tentara terbaik di muka bumi ini dalam mengemban amanah, menghalaunya, bersabar dalam menunaikannya, tsiqah yang hakiki terhadap ganjaran yang besar dari Allah SWT, sekalipun panjang, keras dan kuatnya fitnah, karena dengan ketegaran akan membuat kokoh jiwa, menjadi kuat dan keras, menyempurnakan pembedaan dan pemilahan antara yang memiliki nilai tinggi dan rendah dari tembaga manusia begitu fitnah terhadap umat. Insya Allah.
Shalawat dan salam atas pemimpin kita yang tercinta Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya.
Allah Akbar dan segala puji hanya milik Allah.

Abu ANaS MA
____________





KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama