Gubernur Sumbar : Idul Adha Momentum Bangkitkan Semangat Berkorban

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan Hari Raya Idul Adha perlu dijadikan sebagai momentum untuk membangkitkan semangat berkorban demi kepentingan dan kemaslahantan bersama.

"Kita perlu memaknai Idul Adha 1433 hijriah untuk meningkatkan rasa pengorbanan terhadap orang lain," kata Gubernur Irwan Prayitno di Padang, Jumat.

Pelaksanaan shalat Idul Adha berlangsung di halaman Kantor Gubernur Sumbar, bertindak sebagai khatib Kepala Kanwil Kemenag Sumbar, Ismail Usman dan M Furqani sebagai Imam dan diukuti ribuan umat muslim di Padang.

Kendati pun saat khatib membacakan khutbah cauca sempat hujan gerimis, namun sebagian dari jemaah shalat Idul Adha tetap bertahan di tempat duduknya, hanya sebagian kecil yang mencari tempat keteduhan.

Menurut Irwan, bentuk dari pengorbanan yang diberikan tentu sesuai dengan kemampuan masing-masing, misalnya menambungkan uang sehingga dapat membeli hewan kurban, setidaknya kambing.
Pengorbanan Nabi Ibrahim berserta keluarganya merupakan sebuah bentuk pengabdian seorang hamba Allah SWT, dengan komitmen yang tinggi dan hanya orang-orang bertaqwa mampu melakukannya.

Terkait, menuntut keikhlasan, kejujuran dan semangat kebersamaan, Nabi Ibrahim rela mengorbankan anak kandungnya demi menjalankan dan melaksanakan perintah Sang Khaliq.
Keteladanan Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail itu, kata Irwan, mesti dijadikan contoh bagi segenap umat manusia untuk menempatkan kejujuran, keikhlasan untuk berkorban dalam konteks beragama dan kehidupan sosial kemasyarakatan.

Oleh karena itu, pelajaran yang dapat diambil dari hari raya kurban, juga semangat solidaritas terhadap sesama manusia, sehingga dapat dijadikan landasan untuk memperkuat dan terbangunnya ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut dia, semangat berkorban juga dapat diterapkan dalam berbagai perspektif, seperti upaya menahan diri dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.

Kemudian mengorbankan keinginan-keinginan yang bersifat pelengkap semata, serta melakukan skala prioritas dalam menetapkan kebutuhan-kebutuhan hidup yang lebih nyata.

Selanjutnya, tambah gubernur, pengorbanan untuk menahan diri dari budaya dan perilaku konsumtif, serta mengedepankan logika yang sehat, tentu akan memberikan suasana ketenangan hati dalam menghadapi kondisi sesulit apapun.

Kondisi kekinian dan fenomena yang menyangkut pengorbanan telah banyak yang hilang, bahkan bergeser pada semangat individual yang tinggi dan mencari keuntungan setinggi-tingginya.

Oleh karena itu, menurut dia, semangat yang terlahir dari sekian ratusan tahun lalu itu menjadi relevan sampai hari ini, maka konteks Sumbar telah menjadi yang urgensi.

Terkait banyak persoalan sosial kemasyarakatan muncul akibat kian melemahnya semangat untuk berkorban bagi orang lain. Namun, lebih menjol sekarang mau menang sendiri, kaya sendiri, berkuasa sendiri dan benar sendiri, tanpa menghiraukan kesusahan orang lain.

"Kita tentu tak ingin adanya proses pembiaran terhadap kondisi dan fenomena tersebut. Jika hal itu berkembang maka akan lahirlah penyakit-penyakit sosial, seperti kemiskinan, kebodohan, kejahatan, keterbelangkangan dan ketertindasan," ujarnya.

Simbol yang harus dipetik dari momentum Idul Adha, bagaimana bisa meningkatkan rasa pengorbanan masyarakat untuk sesama melalui berbagai kegiatan sosial.

Jenis bantuan, menurut gubernur, tentu kembali kepada kemampuan setiap masyarakat, baik memberi dalam uang terhadap yang kurang mampu atau memotong hewan kurban dan dagingnya dibagikan.
Bahkan yang tak kalah pentingnya, pengorbanan dan kepedulian yang diberikan tentu akan dibalas dengan pahala oleh Allah SWT, karena telah saling berbagi atas sesama.

"Idul Adha merupakan hari raya yang istimewa, karena dua ibadah agung dilaksanakan yakni, ibadah haji dan kurban. Keduanya sebagai salah satu dari syiar-syiar Allah SWT yang harus diagungkan dan dihormati sebagai bukti ketaqwaan kepada-Nya," katanya[antara]

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama