picture

5 Blunder Fatal Tempo dalam Membuat Pemberitaan

Tempo dikenal sebagai media berbasis investigasi. Namun, media yang belakangan sering “menyerang” Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu ternyata diketahui melakukan hal-hal fatal yang bertolak belakang dengan klaimnya. Berikut 5 kesalahan fatal Tempo dalam satu bulan terakhir:

1. Menerbitkan Cover “Demarketing” Aher Sehari Sebelum Jadwal Terbit
Majalah Tempo pekan terakhir bulan lalu semestinya terbit pada 24 Februari 2013, bertepatan dengan Pilgub Jabar. Tetapi, sehari sebelumnya, cover bergambar Ahmad Heryawan dengan buku tabungan yang menguap itu telah beredar. Tak elak, muncul opini bahwa majalah itu sengaja berupaya menjatuhkan cagub nomor 4 yang ternyata bisa menang dengan suara lebih dari 32 persen.


2. Gegabah Memuat Data Salah
Berita Tempo sebelum direvisi
Pada hari H Pilgub Jabar, hasil quick count dari seluruh lembaga survei menunjukkan pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar unggul dengan lebih dari 30 persen. Namun, Tempo online justru membuat judul bertolak belakang.

“Hasil Real Count KPU, Rieke-Teten Unggul 47 Persen” demikian judul awal di laman http://www.tempo.co/read/news/2013/02/24/078463394. Meskipun isinya adalah perkembangan perhitungan manual KPUD Jabar, prosentase yang ditulis juga salah fatal. “Peringkat pertama ditempati Rieke-Teten 3.172 (47 persen). Disusul Aher-Deddy Mizwar 3.069 (45,5 persen). Dede-Laksamana 2.094 (31 persen). Yance-Tatang 1.890 (28 persen). Dikdik-Toyib 211 (3.1 persen),” tulis Tempo.co, Ahad (24/2). Jika dijumlahkan, total prosentase suara melebihi 100 persen, yakni 154,6 persen. Setelah diprotes, judul berita itu pun diganti menjadi “Hasil Sementara KPU, Rieke-Teten Unggul.”

Pilgub Sumut berlangsung Juni?
Majalah Tempo versi cetak juga tidak luput dari kesalahan data. Pada edisi 3 Maret 2013, ketika membahas Pilgub Sumut, majalah itu menampilkan hasil survei yang mengunggulkan Gus Irawan, berbeda dengan hasil survei kebanyakan yang mengunggulkan Gatot. Yang sangat kelihatan salah, di akhir tulisan Tempo menyebutkan bahwa Pilgub Sumut akan berlangsung Juni nanti.

3. Menggunakan Nara Sumber yang Tidak Jelas
Pada hal 40-42 edisi 24 Februari 2013, Majalah Tempo menurunkan artikel berjudul Transfer Rahasia Buat Ustad dengan foto AF, LHI dan Yudi Setiawan sebagai narasumber utama. Siapakah Yudi Setiawan? Ridlwan mengungkakan bahwa Yudi adalah warga Klampis Surabaya itu yang menurut penyidikan Polda Jatim, memang spesialis pembobol kredit. Puluhan kali ia membuat cv fiktif, lengkap dengan dokumen dan stempel palsu. Tak heran jika kredibilitas Tempo dipertanyakan lantaran menggunakan narasumber utama yang gemar membalik fakta tersebut.

4. Tempo Mengingkari Janji kepada Narasumber
Protes Dwi Anggia (setelah diedit Tempo)
Dwi Anggia, seorang reporter tvOne memprotes keras Majalah Tempo. Pasalnya, pada edisi 3 Maret 2013 itu, nama Dwi Anggia ditulis terang-terangan sebagai nara sumber padahal pihak Tempo telah berjanji bahwa apa yang disampaikan Dwi adalah “off the record.”

Protes keras Dwi juga ditampilkannya di blog pribadi (http://dwianggia.blogspot.com/2013/03/surat-pembaca-untuk-majalah-tempo.html) setelah surat pembacanya dimuat majalah Tempo edisi 10 Maret 2013 dengan terlebih dulu diedit redaksi.


5. Membuat Kutipan Palsu atas nama Nara Sumber
Masih terkait dengan Dwi Anggia, ia juga memprotes redaktur Majalah Tempo karena menulis kalimat yang dikutip atas nama Dwi. Padahal, Dwi tidak pernah menyatakan hal itu.

Atas dua kesalahan tersebut, menurut Dwi, redaktur Tempo mengakui kesalahannya sebagai “salah dengar.”

“Adalah sangat tidak profesional dan sangat disayangkan ketika salah dengar dijadikan alasan, untuk sebuah majalah seperti Tempo,” tulis Dwi.
[Jundi/bersamadakwah.com]

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama