Berkompetisi dengan Pengemis

Oleh : Ustaz Zulfi Akmal
Apakah kita tidak punya kesanggupan untuk mencurahkan kemampuan demi mendapatkan kasih sayang Allah sebagaimana keseriusan pengemis mencurahkan kemampuannya demi mengumpulkan harta dunia yang tidak seberapa?
Aku amati keadaan para pengemis lalu aku menemukan sesuatu yang sangat mencengangkan. Mereka mengerahkan kemampuan demi mendapatkan beberapa rupiah di mana kita tidak mau mengerahkan kemampuan seperti itu demi surga yang luasnya bagaikan langit dan bumi.
Di antara mereka berpindah dari satu kelurahan ke kelurahan lain setiap waktu shalat. Mereka shalat berjama’ah di shaf pertama. Tidak pernah terlambat takbiratul ihram bersama imam. Bahkan mereka shalat sunat rawatib atau tahyatul masjid dulu sebelum mengerjakan shalat fardhu. Sementara kita merasa santai saja bila jadi masbuq dua rakaat atau hanya mendapatkan rakaat terakhir.
Kita lihat mereka begitu sabar berdiri di persimpangan jalan dan di lampu merah berjam-jam. Namun kita sangat lemah untuk berdiri beberapa menit saja di hadapan Allah ketika mengerjakan shalat.
Saya melihat seorang perempuan duduk meminta-minta di bawah terik sengatan matahari di musim panas, sampai warna jilbab dan bajunya yang hitam berubah menjadi putih memudar. Ia tetap sabar dan kokoh, seolah-olah ia tidak merasakan panas 42 derajat bahkan lebih itu.
Aku juga melihat seorang laki-laki yang berdiri dengan satu kaki di tempat pembelokan mobil. Ia menadahkan tangan kiri dan kanan berharap orang mengasihaninya.
Aku juga melihat nenek tua yang bisa dipastikan umurnya di atas 80 tahun duduk di kursi roda di pinggir jalan, tidak peduli musim dingin atau panas. Jam kerjanyapun lebih awal dari orang-orang pergi bekerja dan selesainya setelah larut malam.
Yang tidak kalah mencengangkan dari itu; seorang bapak menggendong seorang anak muda di punggungnya, setiap lampu merah menyala ia mengitari setiap mobil yang berhenti untuk meminta sedekah. Ia bagaikan tidak merasakan letih melakukan hal itu. Seperti itu juga ibu-ibu yang menggendong bayi kian kemari untuk mengemis, padahal itu pekerjaan yang pasti melelahkan.
Pertanyaan: Apakah mereka semua itu mencurahkan usaha dan kemampuannya demi beberapa rupiah melebihi apa yang kita curahkan demi memperoleh redha Allah? Sepertinya iya. Kita begitu lemah, malas dan lalai bila dibandingkan dengan mereka.
Butuh tekad yang kuat untuk menyaingi kesungguhan, ketekunan, keseriusan dan usaha keras mereka. Tujuan kita lebih mulia, lebih tinggi, lebih berharga dan lebih jauh dari pada sekedar mengumpulkan harta dunia.
(Diterjemahkan serta digubah dari tulisan DR. Shalih Shawab dan terinspirasi dari melihat pengemis tua di pasar Madrasah yang mulai beraksi ketika saya baru pulang shalat subuh di musim dingin mencekam begini)
Diposting Ulang Dari : http://zulfiakmal.wordpress.com/

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama