picture

"Curahan Hati" Syeikh Al Buthy yang Mengharukan

Tidak seperti biasanya, tahun-tahun lalu pada awal bulan Desember hujan sudah mengguyur kota Damaskus, musim dingin sudah sangat terasa, puncak-puncak gunung sudah terlihat putih dengan salju, jalan-jalan lembab, basah, suasana taman begitu indah, meskipun terasa dingin menusuk sampai ke sum-sum.

Namun tahun ini (2012, red) tidak demikian, berbeda. Sudah beberapa hari memasuki bulan Desember, tapi matahari masih melotot panas, tidak ada hujan, bahkan awan-awan hitam pembawa hujan yang datang dari arah Turki serta-merta bubar ketika sampai di atas langit Damaskus.


Fenomena menyakitkan itu merambas ke semua lini kehidupan, sampai sayur-sayuran yang ditanam di daerah subur Ghutah terpaksa diairi dengan air laut. Dua minggu lalu Kementrian Auqaf yang membawahi seluruh masjid di Syria menganjurkan semua masyarakat untuk melaksanakan shalat Istisqa di masjid masing-masing, dan insya Allah Jumat ini serentak diseluruh Syria melakukan salat Istisqa.

Negeri Syam (Sebutan untuk Syria, Palestina,Lebanon dan Jordan zaman dulu, tapi sekarang sebutan ini hanya khusus untuk Damaskus), sebuah negeri yang didoakan oleh Rasulullah ,”Allahumma bariklana fi Syamina haza,(Ya Allah berkahilah negeri Syam kami ini)” tiga kali beliau mengatakan itu, dan terakhir beliau mengatakan,”Wafi Yamanina (dan Negeri Yaman kami juga)”, sejak dahulu Syam banyak sekali memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki negeri manapun di muka bumi, dan semoga kebaikan ini akan selalu terlimpahkan kepada negeri ini sampai akhir zaman. Ulama dan pemimpinnya yang bisa membuat hati kita terasa “dingin”, semoga selalu tercurahkan kepada negeri akhir zaman ini.

Tidak ada hujan sudah memasuki bulan Desember merupakan musibah besar, yang membuat para pemimpin negeri itu berpikir keras, mulai dari presiden sampai ke ustad-ustad di musalla kecil di kampung-kampung. Prof.Dr.Muhammad Saed Ramadhan Buty, salah satu ulama kharismatik yang juga ketua ulama Syria, beliau adalah diantara ulama yang menjadi penyetir kehidupan sosial masyarakat di Syira. Siapa yang tidak kenal kepribadian yang begitu mempesonakan itu, kalau waktu ta’ziah wafatnya syeikh Abul Hasan al Kurdy di masjid besar Bani Umayyah syeikh Naiem Araksusy mengatakan, “Ustad saya ini, adalah gambaran tabi’in yang berjalan di abad dua satu,” mungkin kata-kata itu juga sangat tepat disematkan kepada syeikh kita ini, syeikh Al Buty.

Senin malam, beberapa hari yang lalu, seperti biasa kami menghadiri pengajian “Tarikh Tasyri Islamy” di jami Al Iman bersama syeikh Buty yang dihadiri ratusan jamaah dari semua kalangan. 
 
Tapi hari ini pelajaran tidak seperti biasa, beliau menceritakan sedikit tentang ujian yang dialami Imam Ahmad bin Hambal demi mempertahankan kebenaran yang diyakininya, bahwa Qur'an itu kalam Allah, dan kalam itu sifatNya, jadi bukan makhluk, gara-gara keyakinan itu beliau harus mengalami penyiksaan luar biasa. 
 
Setelah itu syeikh Buty mengatakan, “Cukup di sini dulu pelajarannya, malam ini saya ingin “curhat” sama kalian, saya sudah beristikharah untuk ini, dan saya akan mengatakannya kepada kalian semua, demi Allah saya mengatakan ini semua bukan karena saya dengki atau iri kepada siapapun, tetapi semua ini saya katakan karena rasa cinta saya kepada negeri ini, kepada pemimpin negeri ini, dan kepada kalian semua rakyat di negeri ini, demi Allah dalam hidup ini saya tidak pernah dengki kepada siapapun Alhamdulillah, setiap saya melihat ada seorang muslim yang tidak berjalan pada jalan yang digariskan agama, batin saya menangis dan saya selalu mendoakan dia, dan kalau saya melihat sebaliknya hati saya senang dan saya juga mendoakan dia semoga selalu istiqamah, demi Allah saya tidak rela kalau ada diantara umat Islam itu yang dibakar api neraka!!” kata-kata itu terucap dengan terbata-bata, air mata menetes jelas di pipi beliau yang lahir setahun setelah sumpah pemuda Indonesia dideklarasikan, diiringi isak tangis jamaah.
Ada beberapa hal yang menjadi stressing-point “curhat” beliau malam itu, dan menurut beliau itulah sebab kenapa Allah “mengobrak-abrik” awan hujan dari langit Turki ketika tiba di atas kota Damascus.

Pertama: Pemerintah mengeluarkan Kepres bahwa mahasiswi dan guru-guru dilarang memakai cadar di kelas pada saat terjadinya proses belajar mengajar dan di ruang ujian, dan Kepres ini tidak dipermasalahkan oleh ulama-ulama, bahkan syeikh Buty mendukung hal ini, karena belajar adalah salah satu dispensasi yang membolehkan wanita membuka wajahnya di depan laki-laki, menurut pendapat ulama yang mewajibkan wanita menutup wajah. 
 
Tetapi Kepres ini disalahgunakan oleh Kementrian Pendidikan Syria yang diisi oleh orang-orang sekuler, dengan memecat seribu lebih pegawai di wilayah departemennya dan guru-guru dari sekolah-sekolah, dengan alasan mereka memakai cadar. Beliau mengatakan, “Tidak mungkin ada guru yang memakai cadar waktu mengajar, apalagi yang diajar itu cewek semua, kalau ada itu orang “gila”!. Ini adalah sebuah kezaliman, wanita-wanita yang kehilangan pekerjaannya itu terzalimi, doa orang terzalimi tidak akan ditolak oleh Allah, bayangkan kalau seribu wanita shalihah itu bangun tengah malam dan berdoa, apa yang akan terjadi!!!Takutlah kalian kepada Allah wahai manusia!! Kembalikan wanita-wanita itu ke pekerjaan mereka!”.
Kedua: Ada sebuah sinetron serial di televisi yang menentang Qur'an, ada adegan dalam percakapan dalam sinetron lokal itu yang mengatakan Qur'an itu buku lama, tidak pantas lagi dipakai hari ini. Beliau mengatakan, “Wallahi, sinetron ini mengajak perang sama Allah, kitab Allah dihina seperti itu, saya menganjurkan kepada semua artis, sutradara, produser serta semua pihak yang berkaitan dengan itu agar bertaubat, dan menarik kembali statemen yang diucapkannya itu. Demi Allah mereka itu semua saudara-saudara kita, saya mencintai mereka semua, makanya saya katakan ini, bukan karena saya dengki atau iri, tidak sama sekali, tapi ini semua bukti cinta saya kepada mereka semua”.

Ketiga: Seruan Kementrian Awqaf (Kementrian Agama) untuk salat Istisqa di masjid masing-masing. Kemudian beliau membacakan bab salat Istisqa dari kitab “Umdat Salik”, bagaimana tata cara melakukan salat Istisqa. Salat Istisqa adalah salat minta hujan, salat dua rakaat dan dua khutbah seperti khutbah jumat, hanya saja ada beberapa hal lain yang harus dilakukan sebelumnya, yaitu seluruh masyarakat berpuasa selama tiga hari sebelum salat itu dilaksanakan, dalam tempo tiga hari itu semua masyarakat dari presiden sampai anak-anak yang baru baligh agar bertaubat dan mengembalikan hak-hak orang lain yang diambilnya. 
 
Tepat pada hari ketiga, semua masyarakat keluar ke tanah lapang atau tempat lain yang bisa untuk berkumpul semua orang, semua berpakain yang tidak mewah, anak-anak kecil, orang-orang tua, wanita-wanita berhaid sekalipun agar hadir, dan hewan-hewan ternak juga dibawa, bahkan masyarakat non-muslim juga boleh ikut, karena semuanya adalah korban karena tidak ada hujan, begitulah tata cara salat Istisqa. 
 
Tindakan Kementrian Auqaf sangat tepat, tetapi salah kalau mewajibkan setiap masjid selepas jumatan untuk salat Istisqa, beliau mengatakan, “Tindakan Kementrian Auqaf benar, tetapi caranya salah, yang hadir jumatan mah orang-orang yang ingat Tuhan, sedangkan orang-orang yang kita harap mereka bertaubat dan mengembalikan hak-hak orang mana pernah ke masjid! Kalau mau melakukan salat Istisqa, lakukan yang benar, sesuai ketentuan dan tuntunan agama, jangan suka hati kita. Ok saja kalau tidak mau melakukan seperti mazhab Syafii yang saya bacakan barusan, silahkan anda lakukan berdasarkan mazhab Hanafi, yang tidak mewajibkan salat dua raakaat, tetapi cukup khutbah saja dan kemudian berdoa sama-sama, tetapi tata cara lain sama semua seperti pendapat ulama mazhab Syafii. 
 
Kalau begini caranya hanya akan manjadi bahan olok-olokan “mereka”, karena sudah salat Istisqa tetapi tidak turun hujan, “mereka” akan mengatakan “Alah, sudah ku bilang nggak ada hujan karena lapisan ozon menipis, karena ini lah, karena itu.., lihat saja itu ulama-ulama sudah pada salat Istisqa, tapi tetap saja hujan tidak turun!”. Dulu pada masa pemerintahan Presiden Hafez Asad pernah terjadi hal ini, dia menyerukan untuk salat Istisqa, dan berdasarkan tuntunan Rasul, kalian ingatkan itu, semua masyarakat berkumpul di masjid Bani Umayyah, lebih satu juta orang berkumpul, saat itu wali besar syeikh kita syeikh Hibal berdoa, dan kalian lihat kan, tiga hari kemudian hujan turun dengan deras dan bahkan turun salju beberapa hari kemudian! Pada malam duapuluh tujuh ramadhan Presiden Hafez Asad menyerukan kepada Menteri Penerangan untuk memutar kembali video salat Istisqa itu di stasiun televisi Syria, dan televisi menyiarkan video itu pada malam tersebut pada waktu salat Isya, langsung Presiden menelpon Mentri penerangan agar menyiarkannya setelah taraweh biar semua rakyat melihat, dan Alhamdulillah beberapa hari kemudia hujan mengguyur Damaskus! kalian ingat kan semua itu!”
Beliau menjelaskan tiga hal tersebut dalam “curhat”nya, tiga hal yang mengganjal hati beliau, kritikan kepada pemerintah yang tidak seharusnya diutarakan di depan umum, tapi tak tertahankan lagi, tidak semua orang berani berbuat demikian, bisa-bisa setelah bicara begitu pindah tempat tidur, dari rumah ke penjara bawah tanah, tapi beliau sudah pasrah, yang penting kebenaran sudah disampaikan, dan beliau mengatakan kalimat terakhir sebelum menutup pengajian dengan doa, “Saya menjamin, dan saya bukan orang yang tahu apa yang akan terjadi satu detik ke depan, tapi saya menjamin kalau hal yang saya katakan tadi kita laksanakan, hujan akan mengguyur Damaskus, Insya Allah”. Salah satu petikan doa beliau malam itu, “ Ya Allah, janganlah Engkau menyiksa bayi-bayi dalam susuan ibunya karena kesalahan kami, janganlah Engkau biarkan hewan-hewan ternak mati karena perbuatan kami….”.

Dalam Qur'an surat Nuh Allah berfirman melewati lisan nabi Nuh, “Minta ampun lah kalian kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, maka dia akan mencurahkan kepada kalian hujan dari langit dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untuk kamu kebun-kebun dan mengadakan untuk kamu pula (di dalamnya) sungai-sungai”. Ayat ini menjelaskan bahwa siapa yang ingin hujan, ingin kaya dan ingin punya anak agar dia banyak-banyak minta ampun kepada Allah (istighfar).

Maksiat kapada Allah adalah sumber musibah dan mala petaka, dan Taubat serta kembali kepada Allah adalah solusinya. Beberapa hal yang disebut syeikh Buty yang merupakan sumber musibah tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan “maksiat” yang dilakukan penduduk negeri kita, maka jangan heran kalau seakan-akan bumi dan langit memusuhi kita, gempa, gunung meletus, banjir dan seterusnya adalah buktinya. Wakil-wakil rakyat yang menjadi pemimpin “mengkhianati” rakyat dengan sengaja dan “tidak” sengaja, masyarakat yang “membudidayakan” lokalisasi dan perzinaan, pelajar yang mentuhankan akal, pembunuhan, kecurangan, dan seabrek maksiat yang disebutkan Imam Ibnu Hajar Haitami dalam buku beliau “Al Zawajir” sudah dikerjakan, just wait and see, janji Tuhan akan segera terjadi.

Dari “curhatan” syeikh Buty, ada dua hal yang ingin kami sampaikan, pertama kepada generasi muda, khususnya yang belajar di negeri-negeri para nabi,

- Agar “meng-indonesiakan” dulu ilmu yang dibawa dari Arab, sebelum ditransferkan kepada masyarakat Indonesia.

- Ajaran, dan akhlak yang diajarkan ulama-ulama di Arab jangan dipisah-pisah, jangan hanya mengambil ajaran dan ilmunya saja, tetapi akhlaknya ditinggal. Karena dengan cara itu misi “penyelamatan” tidak akan sukses.

- Ingat, diantara dua ratus juta penduduk Indonesia, kamu yang terpilih menjadi wakil untuk memperbaiki yang harus diperbaiki di negeri ini.

- Dunia memang penting, tapi akhirat juga bukan hal yang boleh dicueki, mengumpulkan harta di tangan memang “wajib” dalam Islam, sehingga kita bisa mengelurakan zakat dan bisa naik haji, tetapi mengumpulkan harta dalam hati “haram” hukumnya.

- Sejak awal Negara Islam Madinah berdiri, Rasulullah menjadikan masjid dengan segala kekurangannya sebagai Islamic Centre, itu tugas utama hari ini, mengembalikan peran masjid sebagai Islamic Centre, bukan hanya sekedar tempat salat Jumat dan salat Jenazah.

Kedua, untuk para masyarakat, yang meliputi pemimpin sampai anak yang baru baligh, hanya ada satu jalan keluar dari semua krisis yang kita alami saat ini, yaitu taubat dan minta ampun kepada Allah, “mushalahah maállah wa shidqul ubudiyyah lahu...”. Wallahu a’lam. []

Penulis : Saief Alemdar

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama