Jum'at Az-Zahf, Titik Akhir Sebuah Perlawanan Pendukung Moursi

Tarqiyah :

Pagi ini waktu Kairo, Letjend As-Sisi mengirimkan ribuan tentara dan puluhan helikopter ke Rab'ah Al-Adawiya dengan terbang rendah.

Di antara tentara, adalah pasukan elit dan penembak jitu. Selain itu As-Sisi sudah menarik pulang Dubes Mesir di Turki dan malah beredar kabar As-Sisi berusaha membunuh Brigjen Ahmad Washfi, yang sejak awal tidak merestui kudeta militer.

Semakin membuktikan, As-Sisi tersesat, tak tentu arah, dan tak tahu jalan pulang. Kabar terakhir, As-Sisi akan mengadakan referendum untuk mengakui keabsahan Moursi sebagai presiden, tapi dengan syarat IM mau menerima hak-hak kewenangannya dikurangi.

Hal yang masih membuatnya tegar adalah dukungan AS dan Israel. Dimana Menhan AS selalu berkomunikasi 3 kali dalam 1 minggu. Minimal 2 jam sekali berbincang via telpon.

AS masih ragu-ragu untuk mengatakan bahwa yang terjadi di Mesir adalah kudeta. Di sisi lain, AS pun tak ingin disebut melakukan standar ganda dan sama sekali tidak akan tutup mata dengan jumlah demonstran yang jutaan orang dengan karakter:

=> Damai dan tak bersenjata.

=> Membela
hak yang dirampas tanpa dosa hasil demokrasi dimana AS selalu mengklaim kampiun demokrasi.

=> Mereka justru menjadi korban pembantaian aparat yang biasanya AS akan ribut masalah HAM.

=> Mereka demonstrasi tanpa mengganggu penduduk di area demo, bahkan mengadakan shalat.

Di sisi lain, demostran pendukung IM telah berdatangan. Massa akan ditempatkan di empat titik konsentrasi, yaitu:

1. Rab'ah Al-Adawia.
2. Maspiro, tempat TV-Radio Mesir berada.
3. Komplek IT, tempat stasiun TV milik pengusaha prokudeta berada.
4. An-Nahdhah Square, di depan Universitas Kairo.

Kita mungkin terkaget-kaget, bagaimana IM menjaga soliditas demostran dengan jumlah jutaan massa. Karena dikhawatirkan, dari jumlah yang banyak sangat rentan disusupi. Tapi sekali lagi, IM menunjukkan kelasnya. Sebagai organisasi perjuangan yang terorganisir rapi.

Nampaknya As-Sisi salah perhitungan. Ia terlalu bernafsu meraih kekuasaan. Sebagai seorang militer, As-Sisi adalah generasi setelah perang Oktober. Generasi yang sudah mulai sibuk di pendidikan karir, tidak memahami peran Ikhwanul Muslimin dalam menjaga Mesir. Pertanyaannya adalah: Akankah As-Sisi lepas kontrol dan hilang nurani kemanusiaannya dengan melakukan pembantaian massal kepada demonstran antikudeta? Akankah AS menekan As-Sisi untuk mencabut kudeta dan terpaksa mengakui keabsahan Presiden Moursi? Kita tunggu perkembangannya.

Nandang Burhanudin  Wallahu A‘lam.


KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama