Tarqiyah : Jakarta - Ibu yang mengandung kita selama sembilan bulan lamanya. Membawa ke sana ke mari. Walau lelah. Ia tidak pernah putus asa. Menaruhkan nyawanya untuk kita. Setelah kita lahir ke dunia. Masih saja, ibu yang merawat kita hingga sekarang ini.
Di sini ada kisah kehebatan seorang ibu, yang selalu menjaga wudhu ketika mengandung dan menyusui buah hatinya.
Seseorang berkata: Aku berkenalan dengan seorang pemuda yang sangat baik, berwajah simpatik, berotak cemerlang, memiliki semangat dan tekad yang sangat kuat Kedua matanya yang menerawang mengisyaratkan kesehatan rohani serta ketinggian pemikirannya. Tubuhnya yang tinggi, kerendahan hatinya, kesopanan, keimanan dan akhlaknya mencerminkan seorang kekasih Allah.
Dua tahun lalu ia menyelesaikan SMU nya dan kini mulai kuliah. Semasa di SMU dulu, dia termasuk siswa yang pandai dan selalu mendapat perhatian para guru.
Di Universitas pun, sejak minggu pertama, sudah tampak kebersihan rohani, budi pekerti, kejujuran, persahabatan serta usahanya untuk selalu konsisten pada semua janjinya.
Pendek kata, dia seorang teman mengasyikkan yang kuperoleh. Aku sangat ingin berkenalan dengan keluarganya, khususnya ibunya.
Pada suatu kesempatan aku berjumpa dengan ibunya, dan aku meminta kepada Sang Ibu untuk bercerita sedikit seputar anaknya serta metodologi pendidikan yang diterapkannya untuk sang buah hati.
Ibunya berkata, “Ketika masih mengandung saya tidak pernah makan tanpa berwudhu terlebih dahulu. Dan pada saat lahir, saya menyusuinya selama dua tahun penuh dan selama itu pula saya tidak pernah memberinya asi dalam keadaan tanpa berwudhu. Ketika menyusui saya membaca ayat-ayat suci al-qur’an dengan suara pelan, saya selalu persembahkan jiwa saya untuknya.
Ayahnya, suami sang ibu menambahkan cerita tersebut, ”Saya masih ingat, pernah ketika suatu malam yang di musim yang sangat dingin sekitar jam 1 malam, ketika Muhammad anak kami masih berumur satu tahun dia bangun sambil menangis. Istri saya bangun dan merasa kalau anaknya kelaparan. Malam itu udara menusuk dan bersalju. Sebelum Istri saya menyusui dia bergegas keluar rumah untuk berwudhu dengan air yang sangat dingin, setelah berwudhu barulah istri saya memeluk Muhammad dan menyusuinya.
Ayahnya menambahkan, “Kalau sekarang Anda melihat sifat-sifat mulia dalam diri anak saya, itu tiada lain karena keikhlasan, kerja keras dan pengorbanan sang ibu.
Saya bertanya kepada sang ibu, “Bagaimana anda bisa berbuat demikian kepada anak anda?” Sang ibu menjawab,”Semua yang kita miliki bersumber dari ajaran pendidikan Islam yang mulia serta perjalan Sayyidah Fathimah Az-Zahra (Salam Atasnya) putri Rasulullah, bukankan Sayyidah Fatimah sosok wanita agung itu, seringkali berkomunikasi dengan anak-anaknya pada masa mengandung dan sama sekali tidak makan serta menyusui anak-anaknya tanpa berwudhu? [RKI]
Wallahu A‘lam.
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com