picture

NKRI Butuh Presiden Cerdas

Tarqiyah :
Afriadi Sanusi
Peneliti di Jabatan Sains Politik Islam, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia

Infrastruktur kita masih sangat menyedihkan; Jumlah jalan-jalan kita tidak seimbang dengan jumlah penduduk dan jumlah kenderaan. Orang sakit kita masih suka berobat ke luar negara karena kualitas rumah sakit kita masih buruk rangking 108 dunia. Listrik sebagai pemacu kemajuan negara masih sering mati-mati seperti perusahaan lilin negara saja. Air bersih kita tidak merata, kualitasnya rendah dan menyedihkan. Intitusi pendidikan kita kalah bersaing dengan negara tetangga yang membuat banyak anak negeri harus belajar ke luar negara. Hanya alat telekomunikasi kita yang agak baik, itu pun karena tidak dikelola oleh pemerintah. Angka pengangguran sangat menyolok, angka kemiskinan sangat tinggi. Akibatnya angka kriminalitas banyak berlaku, negara kita digolongkan bad governance dan bahkan ada pendapat Indonesia dikategorikan sebagai negara gagal.

Dibalik kekayaan alam yang melimpah, jutaan tenaga kerja TKI antri siap dijadikan babu dan buruh kasar di luar negeri, karena pekerjaan di dalam negeri tidak mencukupi. Pemandangan kezaliman terhadap pembantu rumah tangga dan buruh kasar selama negara tidak mampu menyediakan pekerjaan yang mencukupi bagi mereka di dalam negara akan selalu terdengar.

Negara kita masih menjadi juara korupsi, berdasarkan data CPI 2013 raport kita masih merah dengan nomor 114, di bawah ethiopia dan negara afrika lainnya. Budaya korupsi ini adalah warisan orde baru yang sangat kronik, parah dan sudah masuk UGD.

Berhentilah berantam sesama anak bangsa dan lupakanlah kepentingan politik golongan, kelompok dan kepartaian dengan bersama melangkah untuk Indonesia yang lebih baik. Para mafia, cukong, kapitalis yang selama ini menikmati kekayaan Indonesia memang ingin selamanya kita bergaduh sesama sendiri agar mudah menjajah kita dengan mengguasai ekonominnya.

Salah satu cara melanjutkan penjajahan itu adalah dengan cara menyerahkan kepemimpinan nasional kepada orang-orang yang lemah SDM nya. Pada boneka yang mudah dipermainkan, pada wayang yang mudah digerakkan dalang, pada kerbau yang ditusuk hidungnya dengan ibarat memberi sedikit tulang busuk pada ‘anjing’ agar menjaga tuannya.

Ada beberapa orang calon cerdas yang telah mencalon sebagai capres pada tahun ini. Mereka adalah Prof. Dr. Intelektual, cendekiawan, akademisi yang diakui oleh Unesco sebagai orang cerdas dunia. Namun tentu saja mereka tidak punya uang untuk membeli media dan suara karena mereka tidak bisa didikte oleh para cukong, mafia dan penjajah ekonomi dan pemilik modal lainnya.

Pemimpin cerdas itu memiliki konsep, plan dan wawasan dalam memimpin bangsa. Seperti helicopter view mereka tahu apa masalah bangsa dan mengerti apa yang akan dilakukan untuk mengatasinya. Mereka memiliki langkah-langkah dan strategi, tujuan dan target keberhasilan apa yang akan dicapai. Pemimpin cerdas itu memiliki program terancang, terencana dan masuk akal. Ia seperti rumus ISO ‘tulis apa yang akan dilakukan dan lakukan apa yang anda tulis’. Pilihlah orang-orang cerdas. profesional, cendekiawan, intelektual untuk memimpin negara karena itulah pemimpin terbaik menurut Plato, bukan tentara, artis atau orang yang lemah SDM lainnya.

Pemimpin yang suka pencitraan dan blusukan pasti akan mabuk disaat memimpin bangsa karena ternyata memimpin sebuah negara yang memiliki banyak masalah besar seperti Indonesia tidak bisa diselesaikan dengan cara blusukan, pencitraan dan jurus mabuk lainnya.

Tentu saja idea presiden cerdas tidak disukai oleh Jasmev, pasukan bayaran, orang-orang bodoh bloon dan para makhluk yang tidak suka melihat kemajuan bangsa ini termasuk para mafia, cukong yang ingin selamanya menjajah ekonomi bangsa.

Marilah menjadi sebahagian dari tentara Allah yang berjuang untuk menangkis hujatan dan memberi pencerahan dengan cara hikmah dengan tujuan mencari keridhaan Allah bukan untuk mencari uang, kekuasaan apalagi sertifikat Jasmev...
 Wallahu A‘lam.

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama