picture

Wawancara Prabowo: "Kita Harus Selalu Menghormati Orang Lain"

Tarqiyah :

Wawancara Calon Presiden Prabowo Subianto

Sejak kecil calon presiden (capres) Prabowo Subianto sudah diajarkan untuk gemar membaca. Itulah yang menjadi modal bagi Prabowo memperkaya wawasan dan pengetahuan dan ikut menunjang kariernya. Penggemar buku sejarah ini juga mengakui dibesarkan dengan pendidikan dengan filosofi Jawa sehingga dia menjunjung tinggi adat istiadat dan tata krama.

Karena itu, filosofi hidup yang menjadi pegangannya adalah selalu menghormati orang lain. Sikap itu juga ditunjukkan dalam berpolitik. Lebih jauh mengenai kesibukan dan program kerja Prabowo dipaparkan dalam sesi wawancara dengan wartawan KORAN SINDO, Kiswondari, di kediamannya, Desa Bojongkoneng, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, kemarin (2/6/2014).

Menjelang Pilpres 2014 Anda pasti sangat sibuk dengan agenda politik. Bisa diceritakan kegiatan sehari-hari Anda?
Kegiatan saya sangat padat. Dari tim saya, penasihat, dan staf-staf, ikut makan pagi sama saya. Kami bahas apa yang telah terjadi hari kemarin dan apa yang harus kami laksanakan hari ini dan akan datang. Dari situlah, baru biasanya saya terima tamu. Setelah itu, saya sering keliling ke daerah, ke Jakarta, terus-menerus. Politik saat ini intinya banyak tatap muka, politik saat ini banyak meyakinkan orang, banyak sekali negosiasi, banyak sekali kompromi. Jadi, tidak bisa hanya dengan tulisan atau hanya dengan bicara per telepon. Sering sekali harus tatap muka, ini yang saya alami. Kami juga diundang, dan setiap organisasi, setiap badan, setiap jaringan, itu minta disapa, didatangi, dan diperhatikan. Jadi memang proses politik banyak menyita waktu. Kadang-kadang (waktu) untuk tidur saja sangat sedikit.

Anda hobi baca buku?
Ya, saya hobi dari kecil karena memang orang tua saya mendidik sepeti itu. Jadi setiap dikasih hadiah, kado, dan sebagainya, lebih sering dikasih buku. Juga waktu saya sekolah, membaca itu termasuk salah satu kegiatan yang murah, iya kan? Jadi akhirnya saya sangat senang membaca sekaligus memperkaya saya dalam pekerjaan saya, dalam karier saya.

Lalu, apa saja buku favorit Anda?
Saya sangat suka buku sejarah, tapi akhir-akhir ini saya berusaha untuk mendalami masalah ekonomi dan masalah pertanian. Tapi memang hobi saya sejarah.

Baru-baru ini, Anda tampak berbesar hati saat menyapa Joko Widodo dalam pengundian nomor urut di KPU.
Saya rasa itu hal yang wajar. Kita punya adat istiadat dan tata karma. Kita harus selalu menghormati orang lain, kita harus selalu mencari yang baik, jangan mencari yang tidak baik, jangan mencari yang negatif. Dari setiap keadaan, kita harus mencari yang terbaik. Jadi saya setengah Jawa setengah Sulawesi. Ibu saya Sulawesi, bapak saya Jawa, tapi saya banyak sekali dibesarkan dengan pendidikan filosofi Jawa. Di situ kita harus selalu ambil yang baik. Kadang ini disalahartikan.

Kalau di Jawa itu ada salah satu joke, tangannya patah satu masih merasa untung enggak duaduanya patah. Kalau kakinya satu patah, masih merasa untung tidak dua-duanya patah. Tapi itu arti yang baiknya adalah, kita harus selalu mencari hal yang positif dari setiap keadaan. Kedua, selalu harus bersyukur apa pun yang diberikan oleh Yang Mahakuasa, oleh Allah SWT, Tuhan Mahabesar, apa pun yang diberikan kita harus bersyukur. Karena itu bisa jadi kekuatan untuk kita.

Mengenai program sebagai capres, apa saja yang menjadi prioritas Anda?
Stabilitas itu datangnya dari kesejahteraan. Kalau orang sejahtera, orang punya pekerjaan yang baik, orang punya penghasilan yang baik, tidak akan mikir macem-macem. Dia ingin lihat anaknya sekolah dengan baik, besar dengan baik, nanti dapat pekerjaan yang baik. Jadi itu akan mengurangi ketegangan. Tapi kalau ekonomi tidak baik, kalau ekonomi tidak adil, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin, jurangnya lebar. Ini akan menimbulkan ketegangan. Kalau kita menjamin keadilan, menjamin kesejahteraan, masa dia mau (jadi) separatis. Iya kan?

Lalu di bidang penegakan hukum?
Saya kira korupsi harus kita tuntaskan, kita harus tekan, bila perlu kita habisi. Itu juga dengan sistem, dengan manajemen, dengan suatu
program
komprehensif untuk menutup sumber-sumber kebocoran. Yang harus kita bangun adalah suasana antikorupsi dan antikebocoran, terutama untuk menutup kebocoran-kebocoran itu. Begini ya. Kalau kita ngomongin bombastis, hukuman mati dan lain sebagainya. Kalau memang sistemnya brengsek ya tetap ada korupsi. Jadi yang penting kita perbaiki sistem.

*sumber: Koran Sindo
 Wallahu A‘lam.

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama