SIRAH NABAWIYAH Syekh Musthafa as-Siba'i

Siapa Syekh Musthafa as-Siba'i ?

Mustafa as-Siba'i adalah intelektual, akademisi, pejuang, serta politikus andal dari Suriah. Karier akademisnya cemerlang. Ia pernah menjadi dekan Fakultas fikih Islam dan Sekolah Hukum di Universitas Damaskus pada 1940. Sedangkan di bidang politik, pada 1945 sampai 1961 ia adalah pentolan utama Ikhwanul Muslimin (IM) Suriah.

Beliau mengenal IM sejak saat ia belajar di Universitas al-Azhar, Kairo Mesir. Selama mengeyam pendidikan di bumi piramida ini, ia sempat bertemu dengan Hassan al-Banna, yang tak lain adalah pendiri IM. Ia pun berbaiat pada IM pada tahun 1930.

Syekh Musthafa as-Siba'i  berjuang bersama IM dalam berbagai demonstrasi menentang penjajahan Inggris. Ia juga ikut mendukung revolusi Rasyid al-Kailani di Irak melawan Inggris. Ia ditahan pemerintah Mesir, atas instruksi Inggris, bersama sejumlah rekan mahasiswa, yaitu Masyhur adh-Dhamin, Ibrahim al-Qathan, Hasyim al-Khazandar, Faris Hamdani, Ali ad-Duwaik, dan Yusuf al-Masyari.

Mereka mendekam di rumah tahanan kurang lebih selama tiga bulan, kemudian dipindah ke penjara Sharfanda di Palestina dan mendekam di sana selama empat bulan. Setelah itu, mereka dibebaskan dengan jaminan.

Pendidikan dan pengalaman hidup yang didapatkan Siba'i di Mesir menjadi bekal berharga dalam berdakwah di tanah kelahirannya. Tokoh kelahiran Homs, Suriah, pada 1915 ini, selain aktif sebagai dosen pengajar di Universitas Damaskus, ia juga mendirikan Shabab Mohammad (Pemuda Mohammad), sebuah kelompok paramiliter agama.

Organisasi yang ia dirikan pada 1941 ini melandaskan ideologi dan pergerakan mereka ke IM Mesir. Shabab Mohammad bersekutu dengan Blok Nasional dalam melawan mandat Perancis.

Tak hanya terhenti di situ, bahkan as-Sibai mendirikan IM Suriah pada akhir Perang Dunia II atau 1946. IM Suriah dipandang sebagai salah satu partai politik pada 1950-an.

Setelah Republik Persatuan Arab (RPA) berdiri pada 1958, Gamal Nasser melarang IM dan menangkap ratusan anggotanya. Siba'i bersama anggota lainnya berusaha melakukan kudeta. Namun, pemerintah Ba'ath yang berkuasa pada 1963 kembali melarang IM, dan melarang karya Siba'i.

Siba'i tak hanya dikenal sebagai politikus, tetapi ia juga cendekiawan yang produktif. Sebagai ilmuwan, kepakaran dan kedalaman ilmu Siba'i tak perlu diragukan lagi.

Ia memiliki pengalaman luas di dunia tulis menulis, ahli fikih sekaligus ulama peneliti dan seorang mujtahid yang menguasai Islam dari sumber-sumber tepercaya, mengkaji permasalahan-permasalahan zaman yang terus bermunculan dan menganalogikannya dengan hukum-hukum yang ada pijakannya di Alquran, sunah, dan konsensus ulama.

Berkat kepakarannya itu, warga Damaskus memilih Siba'i sebagai wakil mereka di Dewan Konstituen 1949, meski ia putra daeah Hims. Hanya dalam beberapa waktu, karier Siba'i dengan cepat menanjak sebagai anggota parlemen. Ia dipilih sebagai wakil ketua dewan dan menjadi anggota di komisi perundang-undangan.

Siba'i menjadi salah satu penulis RUU pada saat itu bersama dengan sembilan orang lainnya. Siba'i menjadi pemimpin dalam sidang membela Alquran di ruang sidang parlemen. Ia juga memimpin demonstrasi di Damaskus untuk pengesahan undang-undang tersebut.

Ia dan rekan-rekan berhasil menjauhkan karakter sekular dari undang-undang dan mengukuhkan karakter Islam pada sebagian besar hukum-hukum primer 1950.

Pemerintah pernah menawarkan untuknya posisi di pemerintahan, tapi ia menolak. Ia lebih memilih untuk memprioritaskan perjuangan rakyat dan hidup dengan memecahkan permasalahan masyarakat.

Dakwah mancanegara

Popularitas Siba'i menyebar hingga ke mancanegara. Pada 1956, ia berkesempatan mengelilingi negara-negara Barat. Dalam lawatannya ke Barat, Siba'i mengunjungi universitas-universitas dan melihat kurikulum studi Islam di sana.

Ia mengunjungi Italia, Inggris, Irlandia, Belgia, Belanda, Denmark, Norwegia, Swedia, Polandia, Jeman, Swiss dan Prancis. Kesempatan itu dipergunakan pula untuk bertemu pakar-pakar orientalis dan mendiskusikan karya-karya mereka tentang Islam secara ilmiah atau historis.

Pada 1957 misalnya, ia pernah berkunjung ke Rusia. Bersama dekan di berbagai fakultas Universitas Suriah, ia melakukan perjalanan ke Rusia atas undangan Universitas Moskow.

Di perjalanan ini, ia mengunjungi sebagian besar universitas Rusia di daerah, bertemu dosen studi ketimuran, sejarah dan sosial, berdiskusi dengan mereka, dan mematahkan klaim salah tentang Islam dan para pemeluknya.

Siba'i juga dikenal produktif menulis. Sebelum wafat, ia menulis tiga buku yaitu Al-'Ulama' al-Auliya', Al-'Ulama' al-Mujahidun, dan Al-Ulama asy-Syuhada'. Pada 1955, Siba'i bersama rekan-rekannya menerbitkan majalah mingguan As-Syihab. Majalah ini bertahan tiga tahun, tepat ketika RPA berdiri pada 1958.

Pada tahun yang sama yaitu 1955, ia memperoleh izin menerbitkan majalah bulanan Al-Muslimun, setelah penerbitannya di Mesir berhenti. Majalah ini terbit di Damaskus sampai 1958, lalu beralih pada pemiliknya yang asli, Dr Said Ramadhan, di Jenewa Swiss.

Sebagai gantinya, Siba'i menerbitkan majalah bulanan Hadhratul Islam, yang ia kelola hingga meninggal dunia. Setelah itu, pengelolaan majalah diserahkan kepada Adib ash-Shalih di Damaskus, tapi setelah itu terhenti. ed: nashih nashrullah

KUTIPAN : Siba'i dan rekan-rekan berhasil menjauhkan karakter sekular dari undang-undang dan mengukuhkan karakter Islam pada sebagian besar hukum-hukum primer 1950.

Lingkungan Keluarga yang Cinta Ilmu

Siba'i berasal dari keluarga ilmuwan yang terkenal dengan keluasan ilmu dan melahirkan banyak ulama. Menurut Herry Mohammad dkk, dalam Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad ke-20, sejak remaja Siba'i telah menemani ayahnya di majelis-majelis ilmu yang dihadiri ulama-ulama Hims, seperti Thahir ar-Raes, Said al-Maluhi, Faiq al-Atasi dan Raghib al-Wafa'i.

Ketika ia ingin menikahi seorang gadis, keluarga Siba'i mengatakan kepada pihak keluarga calon mempelai perempuan, bahwa Siba'i orang yang menyibukkan sebagian besar waktunya menangani tugas dakwah. Ini agar  mereka memahami dan tidak timbul masalah di kemudian hari. Mereka akhirnya menerima pinangannya.

Pada 1964, Siba'i pergi ke Makkah menunaikan haji yang keempat kalinya. Saat itu ia sedang menderita sakit parah. Ia menderita lumpuh pada sebagian tubuhnya, termasuk tangan kirinya. Namun ia merasa memiliki kekuatan menjalankan ibadah. Ia mampu shalat dengan berdiri dan duduk  tasyahud. Hal ini sangat sulit ia lakukan karena sakit.

Siba'i meninggal pada tanggal 3 Oktober 1964 di Homs, setelah melewati kehidupan yang penuh perjuangan. Jenazahnya dishalatkan di Masjid Jami' al-Umawi Damaskus diiringi ribuan pelayat. Para khatib secara bergantian menyampaikan ucapan belasungkawa terhadap almarhum.

Di antaranya, Hasan Huwaidi, Mashyur Hasan, Syekh Abdurrauf Abu Thauq, Dr Muhammad Adib  ash-Shalih, penyair Muhammad al-Hasanawi, dan lain sebagainya.

Ulama-ulama besar tersebut memberikan kesaksian tentang Siba'i. Menurut para tokoh tersebut, ia adalah pemimpin umat, hiasan mujahid di zamannya, penyejuk mata penduduk negeri Syam, putra dambaan Homs milik Islam dan Muslimin. ed: nashih nashrullah (republika.co.id)

Salah satu karangan Syekh Musthafa as-Siba'i adalah SIRAH NABAWIYAH (Pelajaran dari kehidupan Nabi Saw), kami dari admin gemadakwah.com. akan menyajikan sirah nabawiyah mualai dari kelahiran sampai wafatnya nabi Saw, dengan rujukan dari kitab  Syekh Musthafa as-Siba'i, dengan tema- tema yang tercantum di bawah ini :

Keistimewaan Sirah Nabi s.a.w.
Sumber rujukan Sirah Nabi s.a.w.
Al-Quran al-Karim
Sunnah yang Shahih
Syair Arab pada Zaman Kerasulan
Kitab-kitab Sirah

BAGIAN 1: KEHIDUPAN BAGINDA
SEBELUM DIUTUSKAN SEBAGAI RASUL

Peristiwa-peristiwa Sejarah
Pengajaran dan Pedoman

BAGIAN 2: PERMULAAN WAHYU
SEHINGGA HIJRAH KE HABSYAH

Peristiwa-peristiwa Sejarah
Pengajaran dan Pedoman

BAGIAN 3: SETELAH HIJRAH KE
HABSYAH HINGGA HIJRAH KE MADINAH

Peristiwa-peristiwa Sejarah
Pengajaran dan Pedoman

BAGIAN 4: HIJRAH SEHINGGA
NABI STABIL DI MADINAH

Peristiwa-peristiwa Sejarah
Pengajaran dan Pedoman

BAGIAN 5: PEPERANGAN RASUL S.A.W.
A) Peristiwa-peristiwa Sejarah
1. Ghazwah Badar al-Kubra
2. Ghazwah Uhud
3. Ghazwah Bani Nadhir
4. Ghazwah al-Ahzab
5. Ghazwah Bani Quraizoh
6. Ghazwah al-Hudaibiyyah
7. Ghazwah Khaibar
8. Ghazwah Mu'tah.
9. Ghazwuh al-Fath
10. Ghazwah Hunain
11. Ghazwuh Tabuk
B) Pengajaran dan Pedoman

BAGIAN 6: PERISTIWA PENTING SETELAH FATHUL MAKKAH HINGGA WAFATNYA RASUL S.A.W.
a) Ghazwah Hunain
b) Meruntuhkan Patung Berhala
c) Ghazwah Tabuk
d) Hajjatul Wada (Haji Selamat Tinggal )
e) Pengutusan Tentera Usamah
f) Kewafatan Rasulullah s.a.w.
 
Sumber dari Kitab : 
Sirah Nabawiyah
Pelajaran dari kehidupan Nabi Saw
Karangan : Syekh Dr. Musthafa as-Siba'i
Editor : Admin GemaDakwah.

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama