Sang Murabbi, Umar Tilmisani (bagian ke-2, Tamat)

                                                                                                         8. Metode dalam Berdialog
Metode dialog yang digunakan ustadz Tilmisani sangat memikat yang menggambarkan karakter Tilmisani secara keseluruhan. Karakter tersebut tidak dibuat-buat, tapi seperti itulah sifat sesungguhnya yang menonjol dalam dirinya saat berbicara, berbuat, berprilaku, bergaul dan berinteraksi dengan individu dan kelompok, atau pemimpin dan masyarakat tanpa membedakan yang besar atau kecil, kaya atau miskin. Dia meyakini prinsip-prinsip Ikhwan yang berlandaskan pada Kitabullah dan Sunnah, serta ijma’ kaum Salaf.9. Jamaahnya
Dia melihat bahwa jamaah ini adalah sebuah gerakan Islam yang jujur pada zaman ini. Beliau berkata:
“Sesungguhnya yang mengikuti pada langkah-langkah Jamaah Ikhwanul Muslimin sejak masa kelahirannya pada tahun 1347H (1928) hingga hari ini, tidak tampak padanya kecuali pengorbanan demi pengorbanan dalam menegakkan akidah yang mereka anut, serta usaha yang padat dan memberi hasil dalam berbagai sisi kehidupan sosial masyarakat. Memberi dukungan berkesinambungan untuk mempererat jalinan persaudaraan di antara berbagai masyarakat Islam yang berbeda-beda, sekaligus menyebarluaskan kedamaian di seluruh dunia.
Ikhwanul Muslimin telah diperangi dengan sangat dahsyat dari berbagai arah, lokal dan internasional. Namun demikian, tidak pernah terdengar sedikit pun bahwa mereka menyebar fitnah di tengah masyarakat, memecah belah kesatuan, menghancurkan perusahaan-perusahaan, atau berdemonstrasi sambil melakukan pengrusakan di jalan-jalan, atau berteriak-teriak dengan mengatakan, “Hidup si Fulan, dan matilah si fulan.” Karena sifat mereka adalah kedamaian, pekerjaan mereka membangun, dan kemenangan mereka adalah keikhlasan. Namun demikian, mereka adalah sasaran kebencian yang bahkan dilakukan oleh orang-orang yang selama ini tidak pernah bertemu dalam sebuah kesepakatan, selain kesepakatan mereka untuk memerangi Ikhwanul Muslimin.
Setiap Muslim tidak mengenal adanya pemahaman yang mengatakan bahwa agama ini milik Allah, sementara negara untuk seluruh manusia. Tapi yang dia ketahui adalah bahwa segala sesuatu di atas muka bumi ini adalah milik Allah semata. Maka barang siapa yang ingin berpaling dari pemahaman ini, niscaya dia adalah penipu yang ingin memisahkan seorang Muslim dari menyatukan kekuatannya agar mereka lebih mudah mengalahkannya.
Seorang Muslim tidak mengenal pemahaman, “Apa yang untuk Allah adalah milik Allah, dan apa yang untuk Kaisar untuk Kaisar). Karena dia meyakini dengan sepenuh imannya bahwa Kaisar tidak memiliki sesuatu pun yang juga menjadi milik Allah. Karena bila demikian, maka ia dianggap sekutu dalam kekuasaan-Nya. Sementara setiap Muslim menolak segala bentuk kemusyrikan.
10. Sifat Zuhud, Rendah Hati dan Kesederhanaannya
Seperti itulah kehidupan ustadz Tilmisani, sang Da’i, murabbi dan pemimpin yang jujur dan setia pada janjinya dengan Allah, beramal untuk agama-Nya, terikat erat dalam dakwah kepada-Nya, senantiasa bersabar dan berjuang dengan berpegang teguh kepada tali Allah yang kokoh. Beramal bersama para mujahid yang jujur, apakah ia berposisi sebagai prajurit atau pemimpin. Sama juga baginya apakah ia berada di dalam atau di luar penjara. Ia tidak pernah berubah, tidak terwarnai, tidak berpaling, juga tidak pernah rakus kepada perhiasan dunia dan tipu daya kedudukan. Ia bahkan menjalani kehidupannya dengan menjauh dari godaan dunia menuju Allah Ta’ala.
Beliau tinggal di sebuah apartemen sederhana tanpa ada beban dalam jiwanya sedikit pun. Membuatku sangat trenyuh saat mengunjunginya, seraya berusaha menahan air mata yang nyaris keluar dari kelopak mataku agar ia tidak menyaksikanku. Dimanakah kita gerangan dari para lelaki yang lebih tinggi dari dunia dengan iman mereka, dan mempersembahkan sesuatu yang mahal dan murah demi agama yang mereka anut?
Apartemen Syaikh Umar Tilmisani berada di gang sempit di komplek al-Mulaiji asy-Sya’biyah al-Qadimah di wilayah az-Zahir di Kairo, di dalam gang sempit. Perabot apatemennya sangat sederhana. Walau ia berasal dari keluarga kaya raya dengan status sosial cukup tinggi. Seperti itulah sifat zuhud, kesederhanaan dan kerendahan hati ustadz Tilmisani. Beliau adalah sosok yang dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat Mesir. Bahkan pemeluk Kristen Koptik juga menghormatinya. Demikian pula penguasa yang sangat menghargai kedudukannya dan mengetahui dengan baik keutamaan yang dimilikinya.
Adapun Ikhwanul Muslimin, maka mereka melihatnya sebagai sosok yang patut diteladani. Mereka berlomba untuk melaksanakan instruksi dan perintah yang datang darinya. Itulah yang terjadi ketika cinta karena Allah menjadi intisari yang menjalin hubungannya dengan mereka; ketika penerapan syariat Allah dan meraih redha-Nya adalah tujuan dan keinginan mereka.
Kunjungan Syaikh Umar Tilmisani ke negara-negara Arab Islam dan kaum Muslimin di negara-negara tempat mereka bermigrasi, bagaikan obat yang berusaha menyembuhkan luka yang mereka derita, sekaligus sebagai arahan bijak atas apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin bagi agama, umat dan negeri mereka.
Ceramah, pelajaran, dialog, nasehat dan bimbingan yang ia sampaikan seluruhnya mengandung motivasi untuk umat, khususnya bagi para pemuda, kaum intelektual dan para tokoh ulama agar mereka mampu memikul tanggung jawab dan segera bangkit menjalankan peran mereka. Setiap elemen dari umat agar berada pada posisi masing-masing, beramal dan bekerja bersama untuk mengembalikan kejayaan Islam dan memimpin umat. Inilah sesungguhnya peran para du’at di setiap waktu dan zaman. Seperti itu pula risalah para nabi hingga akhirnya diwariskan kepada para ulama, para da’i yang jujur, dan orang-orang mukmin yang senantiasa ikhlas di atas jalan-Nya.
11. Tulisan dan Karya-karyanya
Ustadz Tilmisani turut andil dalam kancah pemikiran Islam melalui sebagian karya tulisannya yang diterbitkan dalam berbagai versi. Di antaranya adalah:
  1. Syahid al-Mihrab, Umar bin Khaththab
  2. Al-Khuruj min al-Maaziq al-Islami ar-Raahin
  3. Al-Islam wa al-Hukuumah ad-Diniyah
  4. Al-Islaam wa al-Hayaah
  5. Aaraa fi ad-Diin wa as-Siyaasah
  6. Al-Mulham al-Mauhuub, ustadz al-Banna, Ustadz al-Jiil
  7. Beberapa tulisan terkait tema “Nahwa an-Nuur”.
  8. Dzikrayaat laa Mudzakkiraat
  9. Al-Islaam wa Nazhratuhu as-Samiyah li al-Mar’ah
  10. Ba’dha ma ‘Allamani al-Ikhwan al-Muslimun
  11. Qola an-Naasu, wa lam aqul fi Hukmi Abdul Nasser
  12. Ayyam ma’a as-Saadaat
  13. Min Fikhi al-I’laam al-Islami
  14. Min shifaat al-’Aabidin
  15. Ya Hukkam al-Muslimin, alaa takhafuuna Allaha?
  16. Fi Riyadh at-Tauhid
  17. Laa nakhafu as-Salaam, walaakin
Ditambah lagi dengan tulisan-tulisannya di majalah Dakwah, Kairo dan yang terkait dengan masalah-masalah Islam yang dimuat di majalah yang lain, serta ceramah-ceramahnya di berbagai forum nasional dan internasional yang diadakan di negara-negara Arab Islam dan negara-negara Barat. Demikian pula dengan ceramah-ceramah yang disampaikannya dalam berbagai forum yang diadakan oleh Ikhwan.
12. Apa Kata mereka tentang Ustadz Tilmisani
Ustadz Muhammad Sa’id Abdurrahim berkata dalam tulisannya Umar Tilmisani, Mursyid ke tiga Ikhwanul Muslimin:
“Binasalah sang tiran, dan mereka yang menghabiskan masa yang sangat panjang di dalam jeruji besi akhirnya keluar setelah dibersihkan oleh berbagai ujian. Membuat jiwa mereka semakin kuat membaja. Walau tubuh mereka dihinakan, namun ruh mereka semakin kuat menggantung kepada Allah Ta’ala, dan merendahkan berbagai kemewahan duniawi yang pasti lenyap, dan rasa takut yang hilang dari dalam hati mereka selain hanya kepada-Nya.
Mereka keluar dari ujian dan fitnah itu sebagai lelaki laksana gunung kokoh tak goyah oleh oleh terpaan badai. Di dalam penjara mereka menghafal Al-Qur’an, menimba pengetahuan, dan berhasil mengalahkan hawa nasfu mereka. Bukan hanya itu, mereka juga mengajarkan manusia hakikat keberadaannya di dunia. Seperti itulah fungsi pejara bagi mereka; menjadi sekolah yang memberi mereka lebih banyak dari pada yang diminta dari mereka.
Di antara mereka yang keluar dari penjara itu adalah al-Akh Umar Tilmisani, dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mempersiapkannya untuk memimpin Jamaah Ikhwan pada fase tersebut. Dia adalah pemimpin yang tepat menahkodai bahtera Ikhwan di tengah gelombang dahsyat dengan bijak dan sabar, lembut dan tenang disertai iman yang teguh dan tekad yang tak tergoyahkan.
Dakwah tersebar luas pada masanya, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Para pemuda pun kembali kepada Islam, sehingga arus Islam menjadi arus sangat besar yang terjadi di berbagai perguruan tinggi, diberbagai asosiasi dan perkumpulan, bahkan di Mesir pada umumnya. Karena ia mampu mengendalikan bahtera tersebut dengan pengalamannya sebagai pemimpin piawai, dan keahlian seorang nahkoda, sehingga ia mampu menaklukkan gelombang dan marabahaya serta mengantarkannya tiba di pantai keselamatan.
Berbagai ujian dan cobaan dilalui Ustadz Tilmisani dalam kehidupannya. Di antaranya ketika ia di penjara selama hampir 20 tahun lamanya. Beliau termasuk orang paling sabar dari kalangan Ikhwan dalam menghadapi siksaan algojo di penjara. Namun demikian, betapa pun keras dan kejamnya siksaan itu dan buruknya perlakuan yang diterimanya, lisannya tidak pernah putus dari menyebut asma Allah Ta’ala Senantiasa mendoakan saudaranya yang lain agar tetap sabar dan teguh menghadapi berbagai ujian tersebut. Lisannya juga senantiasa bersih dan tidak terdengar darinya kata-kata keji terhadap mereka yang menganiaya dan menzaliminya. Ia senantiasa menyandarkan segala urusannya kepada Allah Ta’ala. Cukuplah Ia sebaik-baik pelindung.
13. Kembali Keharibaan-Nya
Allah Ta’ala memanggil hamba-Nya kembali keharibaan-Nya pada hari Rabu, 13 Ramadhan 1406, bertepatan dengan 22 Mei 1986. Beliau meninggal di rumah sakit setelah mengidap penyakit saat usianya 82 tahun. Jenazahnya lalu disalatkan di mesjid Umar yang mulia di Kairo. Lebih dari seperempat juta orang, bahkan setengah juta mengiringi jenazahnya menuju pemakamannya. Di antara mereka yang mengiringinya terdapat sejumlah utusan berasal dari dalam dan luar negeri. Saya sendiri dimuliakan Allah saat diberi kesempatan mengiringi jenazah tersebut bersama kalangan Ikhwan dari negeri Arab. Alhamdulillah.
Inilah profil ustadz Umar Tilmisani, mursyid ke tiga jamaah Ikhwanul Muslimin, dan sekilas dari perjalan hidup beliau. Kita senantiasa berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, semoga Ia menjadikannya termasuk orang-orang shalih dari hamba-Nya. Dan kelak kita menyusul kepergiannya di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.
– Tamat

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

أحدث أقدم