Selasa (25/10) Dar El Munasabat,
 Masjid Rabi’ah Adawiyah menjadi saksi pertemuan yang sangat penting di 
pagi menjelang siang itu. Acara Takrim Mutafawwiqin dan Refleksi Sumpah 
Pemuda, dengan tema; “Bersama Merajut Prestasi Membangun Masa Depan 
Ummat, diramaikan oleh peserta yang hadir. Apalagi acara ini dirangkum 
dengan Dialog Kebangsaan bersama dua otokoh pemuda, Ust. Anis Matta, Lc 
dan Ust. Fahri Hamzah, S.E, menunjukkan betapa penting dan besarnya 
acara yang diadakan.
Acara
 yang dihadiri kurang lebih 150 orang peserta ini, diselenggarakan oleh 
Pusat Informasi dan Pelayanan Partai Keadilan Sejahtera Mesir. Dari 
peserta, …… peserta adalah peraih predikat Mumtaz dan …… peserta peraih 
predikat Jayyid Jiddan. Ust. Akhri Ramadayanto  sebagai Ketua 
Panitia, menekankan bahwa Sumpah Pemuda  merupakan bukti bahwa pemuda 
adalah orang yang terdepan dalam semangat dan intelektualnya. Diharapkan
 acara ini dapat memberikan motivasi tersendiri bagi Mahasiswa lainnya 
untuk selalu berkompetisi dalam mendapatkan prestasi yang memuaskan.
Prestasi
 dalam menuntut ilmu dan amal kerja di lingkungan masyarakat merupakan 
dua hal yang saling bergandengan. Bekal ilmu yang mapan adalah salah 
satu sarana yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, ia 
bukanlah standar sebuah kesuksesan seseorang di lingkungan, karena ilmu 
al mujtama’ itu sendiri harus dipelajari berproses dari awal lagi. Dan 
generalisasi dalam keilmuan akan sangat membantu kemapanan dalam 
bermasyarakat. Seperti yang disuarakan oleh Ust. Anis Matta. “Kuasailah
 ilmu secara generalilasi terlebih dahulu, baru setelahnya spesialisasi.
 Dan selesaikanlah sampai ke jenjang Doktoral selagi masih muda”. 
Maka, bagi lulusan sarjana haruslah lebih banyak berinteraksi dengan 
lingkungan sembari mengambil pelajaran di dalamnya, karena ilmu 
masyarakat adalah ilmu baru dan sangat berbeda dengan ilmu di bangku 
perkuliahan.
Ust. Fahri Hamzah juga menegaskan, bahwa “lulusan
 sarjana ilmu syar’i adalah sarjana yang diharapkan, namun kebanyakan 
sarjana syar’i yang ditemui seringkali mengeluhkan keadaan”. Maka, tidak salah lah bahwa generalisasi dalam menuntut ilmu sangat di butuhkan. 
Indonesia
 membutuhkan orang-orang muda yang siap berkarya dan berkreatifitas 
untuk kemajuan bangsa, Nergara, dan agamanya. Tidak mungkin generasi 
transisi diharapkan lagi, karena mereka hidup di zaman feodalisme yang 
berprinsip bahwa kekuasaan adalah yang paling penting. Seperti yang 
ditegaskan juga oleh Ust. Anis Matta, bahwa “yang bisa memberikan 
perbaikan dan perubahan bagi Indonesia sendiri adalah generasi yang 
hidup di zaman era demokrasi. Karena mereka tidak terpengaruh oleh 
pemikiran di era feodalisme”. Sehingga kita yang hidup di zaman 
demokrasi inilah yang bisa membuat perubahan ke arah yang lebih baik dan
 membekas. Kita lah yang disebut dengan Native Demokrasi. Lalu siapakah 
yang paling berhak membuat perubahan? Imigran Demokrasi atau Native 
Demokrasi?
Alhamdulillah, acara Takrim Mutafawwiqin dan Refleksi Sumpah Pemuda, dengan tema; “Bersama Merajut Prestasi, Membangun Masa Depan Ummat”
 ini bisa terlaksana. Dan sangat berkesan bagi para kader dan tamu 
undangan. Ust. Ahmad Tarmidzi, Lc, Dipl. sendiri sangat berbahagia dapat
 menghadirkan acara ini dan terharu dengan khidmatnya acara. )I( 
http://www.pksmesir.org 
 

إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com