Tsawabit Amal Islami Menurut Al-Banna (Bag. 12)

Strategi Dakwah
Interaksi dengan Ulama’
على الأخ الداعية أن يسلك مع العلماء مسلك الصداقة والتوقير والإجلال الكامل، فيحرص على أن لا يتقدم أحداً منهم في درس أو محاضرة أو خطبة، وإذا كان يُدَرِّس، وقَدِم أحدُهم تنحى له وقدمه للناس، فإن لهذا الأسلوب أثره في نفوسهم (1).
Seorang Al-Akh ketika berinteraksi dengan ulama’ hendaknya ia menghormatinya, memuliakannya dan  lebih mendahulukannya dari orang lain dalam hal memberikan kajian, ceramah dan khutbah. Jika al-akh sedang memberikan kajian, kemudian salah seorang di antara mereka datang, maka hendaknya  ia mempersilahkannya untuk memberikan kajian dan ceramah di hadapan hadirin. Dengan metode ini akan menjadikan ulama’ terkesan dan bersimpati, (Al-Mudzakkirat;66)
وإذا أراد محاورة العلماء، فعليه أن يحاورهم في جلسات خاصة، لا أمام العوام (2).
Jika ingin diskusi atau meluruskan ulama’, hendaknya Al-Akh menemuinya di majelis khusus, tidak di depan publik, (Al-Mudzakkirat;67)
Menyikapi Kelompok Salafi
لا ينبغي مناقشة السلفيين في تفاصيل العقيدة وتوصيف البدعة، وإنما ينبغي أن نبين لهم أن الانشغال بقضية الإسلام العالمية يقدم على هذه القضايا الفرعية (3).
Hendaknya Al-Akh tidak mendebat kelompok Salafi dalam masalah detail aqidah atau masalah bid’ah -bukan masalah prinsip-. Akan tetapi hendaknya menjelaskan kepada mereka bahwa menyibukkan dengan permasalahan Islam internasional lebih di kedepankan dan menjadi prioritas dari pada masalah-masalah cabang tersebut, (Abdul Halim;142)
Mensikapi Kelompok Sufi
على الأخ الداعية أن يتأدب مع شيوخ الطرق بأدب الطريق ويخاطبهم بلسانها، ثم إذا خلا بهم شرح لهم حال المسلمين وجهلهم بأولويات دينهم، وتفكك رابطتهم، وغفلتهم عن مصالهم الدينية والدنيوية، ويذكرهم بالتبعة الملقاة على كاهلهم لأتباعهم الذين وثقوا بهم وأسلموهم قيادهم ليدلوهم على الله ويرشدوهم إلى الخير، ثم يطلب منهم أن يوجهوا كل جهودهم إلى إنارة أذهان الناس بالعلم والمعرفة، وإلى التربية الإسلامية الصحيحة، وجمع كلمتهم على عزة الإسلام والعمل على إعادة مجده (1).
 Al-Akh hendaknya beradab terhadap tokoh Tareqat dengan adab yang simpatik dan berkomunikasi dengan bahasa mereka, kemudian jika ia berhadapan dengannya saja, ia menjelaskan kondisi umat Islam, kebodohan umat Islam terhadap prioritas agama mereka, cerai-berainya ikatan mereka, kelalain mereka terhadap maslahat agama dan dunia mereka.
Dan mengingatkan mereka bahwa masyarakat awam bersikap ‘ngikut’ atau  sendiko dawuh kepada mereka, begitu juga  menyerahkan kepemimpinan kepada tokoh mereka.
Dengan mengingatkan hal tersebut diharapkan tokoh Tariqat mengarahkan dan menunjukkan pengikutnya ke jalan kebenaran.
Kemudian meminta mereka untuk mengerahkan kesungguhan mereka dalam rangka mencerahkan pemikiran pengikutnya dengan landasan ilmu dan makrifat, mengarahkan pengikutnya pada pendidikan Islam yang benar, dan menghimpun barisan mereka dalam rangka izzul Islam dan mengembalikan kejayaannya, (Al-Mudzakkirat;68)
هذا ما يخص المخلصين منهم. أما المشايخ الذين يتخذون الصوفية مرتزقاً، ووسيلة إلى الكسب المادي، وسبيلاً إلى استغلال جهل المسلمين وسذاجتهم، فلا بد من مواجهتهم بالحكمة، وحماية الناس من أن يكونوا فريسة لدجالين يتخذون الدين وسبلة لإضلال الناس وابتزاز أموالهم (2).
 Ini sikap yang ditujukan kepada tokoh Tariqat yang ikhlas.
Berbeda dengan tokoh Tareqat yang menjadikan posisinya sebagai lahan meraih rizki, sebagai sarana mendapatkan materi, sebagai jalan mengeksploitasi kebodohan umat Islam dan kelalaian mereka, terhadap tokoh yang seperti ini hendaknya menghadapinya dengan hikmah, menjaga manusia jangan sampai menjadi mangsa empuk para dajjal yang menjadikan agama sebagai penyesatan manusia dan menguras harta mereka, (Abdul Halim;137-140)
Jika memungkinkan mencurahkan kesungguhan untuk meluruskan dan memperbaiki Harakah Sufiyah dan membersihkannya dari penyimpangan-penyimpangan yang ada, itu yang diharapkan, bahkan jika ada ulama yang memungkinkan untuk tafarrugh –focus- dalam hal tersebut itu lebih baik, karena para pengikut Tariqat ini lebih siap untuk menerima perbaikan, (Al-Mudzakkirat;23). bersambung…

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama