Membangun Peradaban di Bulan Ramadhan

اْلحَمْدُ للهِالَّذِ يْأَنْعَمَعَلَيْنَا وَهَدَانَا إِلَىدِينِا لإِسْلاَمِوَ جَعَلَرَمَضَانَشَهْرً امُبَارَكًا وَرَحْمَةً لِلنَّاسِوَاشْكُرُ وْانِعْمَةَ اللهِإِنْكُنْتُمْإِ يَّاهُتَعْبُدُ ونوَلَعَلّكُمْتَتَّقُون. أَشْهَدُ اَنْلاَإِلَهَإِلاَّاللهُ وأَشْهَدُاَنَّمُحَمَّدًا عَبْدُهُوُرَسُ ولُهُالَّذِيْبَعَثَهُبِا لْحَقِّبَشِيْرً اوَنَذِيْرًا ،وَدَاعِيَا إِلَىالْحَقِّبِإِ ذْنِهِوَسِرَ اجًامُنِيْرًا. الَلّهُمّصَلّوَ سَلِّمْوَبَارِ كْعَلَىسَيِّدِالمُرْ سَلِينَوَعَلَىآلِهِوَ صَحْبِهِأَجْمَعِينَ .أَمَّابَعْدُ: فَيَاعِبَادَاللهِاُ وْصِيْكُمْوَنَفْسِيبِتَقْوَ اللهِوَطَا عَتِهِلَعَلَّكُمْتُفْلِحُوْنَ.  قَالَاللهُتَعَالَىفِىالْقُرْ آنِالْكَرِيْمِ: يَـٰٓأَيُّہَا  ٱلَّذِينَ  ءَامَنُواْ ٱتَّقُ واْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ . آلعمران: ١٠٢

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan makhluk bertahap-tahap, mengelola dan mengatur mereka dalam tahapan-tahapan penciptaan sebagaimana yang dikehendaki-Nya dengan kemuliaan dan kudrat-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul-Nya kepada orang-orang yang  mukallaf untuk menjadi alasan dan peringatan atas mereka agar tidak ingkar. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan para rasul sebagai pemimpin bagi orang-orang yang  mengikuti jalan mereka dan menganugerahkan nikmat-Nya yang berlimpah kepada mereka, Dia menjadikan mereka sebagai penegak hujjah dan argumentasi atas orang-orang yang  menentang manhaj mereka dengan hujjah yang tajam. Para rasul telah menegakkan dalil, menyinari jalan, menghilangkan duri dan rintangan, memotong segala udzur, mendirikan hujjah dan menerangkan argumentasi. Mereka berkata menyampaikan firman Tuhannya;
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. Mereka adalah utusan-utusan-Ku memberikan khabar gembira, memberikan peringatan, (Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan rahmat-Nya atas siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli Kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikitpun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Kami memuji-Nyakarena taufik untuk bertahmid dan memuji-Nya merupakan karunia dari-Nya. Kami mensyukuri-Nya dengan kesyukuran yang menjamin tambahan karunia dan pembagian rezeki-Nya. Kami memohon ampunan-Nya dan bertaubat kepada-Nya dari segala dosa yang menyebabkan hilangnya segala kenikmatan dan turunnya segala hukuman dan adzab.
Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah semata-mata tiada sekutu bagi-Nya. Suatu kalimat persaksian yang menegakkan bumi dan langit-langit. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan seluruh makhluk dengan fitrah kalimat ikhlas tersebut, di atasnya didirikan seluruh agama, ditentukannya kiblat, dan untuknya pedang-pedang terhunus untuk berjihad membelanya, dan dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada seluruh hamba. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Ia adalah kunci ibadah dan penyembahan, yang diperintahkan dan didakwahkan kepada seluruh umat lewat lisan para rasul. Ia adalah kalimat Islam, kunci surga darussalam, pondasi dari kewajiban dan sunah. Dan barangsiapa yang akhir kalimatnya adalah la ilaha illa Allah, maka dia pasti masuk surga.
Dan kami bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah hamba dan rasul-Nya, pilihan-Nya atas seluruh hamba-hamba-Nya, delegasi-Nya antara Dia dan hamba-hamba-Nya. Beliau adalah hujjah atas hamba-hamba-Nya, orang yang diamanati atas wahyu-Nya. Beliau diutus sebagai rahmat atas seluruh alam semesta, teladan bagi orang-orang yang  beramal, petunjuk bagi orang-orang yang  berjalan di atas jalur yang lurus, dan sebagai hujjah atas seluruh hamba. Dan semoga shalawat  dan salam dan keselamatan sebanyak-banyaknya atas Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, para malaikat-Nya, nabi-nabi-Nya, rasul-rasul-Nya, dan orang-orang yang  shalih dari para hamba-Nya. Demikian pula dan semoga shalawat  dan salam dan keselamatan sebanyak-banyaknya atas keluarga beliau, sebagaimana beliau telah mentauhidkan dan mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengenalkan-Nya dan berdakwah ke jalan-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَكَذَٲلِكَ جَعَلۡنَـٰكُمۡ أُمَّةً۬ وَسَطً۬ا. البقرة: ١٤٣

Dan demikian (pula) Kami telah jadikan kamu (ummat Islam) ummat yang adil dan pilihan.” (QS. Al-Baqarah: 143).
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang dimuliakan Allah
Allah menegaskan dalam ayat tersebut bahwa umat Islam adalah umat yang beradab. Dalam kesempatan lain Allah menegaskan bahwa “Kalian ummat tertinggi lantaran kalian beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala” Ternyata memang peradaban yang dikehendaki Islam bukan peradaban yang lebih memperhatikan aspek materi, jasmani dan instink manusia atau kenikmatan dunia lainnya yang bersifat fana. Peradaban dalam Islam menghubungkan manusia dengan tuhannya, bumi dengan langit. Dunia dijadikan sarana untuk menuju akhirat; menggabungkan unsur spiritual dengan material, menyeimbangkan antara akal dengan hati, menyatukan ilmu dan iman dan meningkatkan moral seiring dengan peningkatan material (Al-Qaradhawi,Sunnah sebagai sumber IPTEK dan Peradaban, 247, 1998).
Dalam rangka mewujudkan peradaban yang dikehendaki Islam tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan Rahmat-Nya mengutus seorang Rasul dengan membawa ajaran yang memperhatikan aspek spiritual dan material, idealis dan realis, rabbani dan insani, moralis dan konstruktif, yang memperhatikan aspek individu dan sosial, agar menjadi peradaban yang seimbang dan moderat yang menjadi dasar munculnya umatan washatan yang menuntun umat manusia menuju hidup berkeadilan.
Karenanya, Allah turunkan Al-Quran, sebuah pedoman hidup, kitab rujukan bagi peradaban manusia. Dua peristiwa besar tersebut (bi’tsah dan turunnya Al-Quran) justru terjadi di bulan Ramadhan, sebagaimana penjelasan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Quran:

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ. البقرة: ١٨٥

Bulan Ramadhan, dimana diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk hidup dan penerang bagi petunjuk dan furqan”. (QS. Al-Baqarah: 185).
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang dimuliakan Allah
Untuk mengemban amanat peradaban yang dikehendaki Islam memerlukan manusia-manusia berdaya dan berkualitas, yaitu insan mukmin seutuhnya; Merekalah yang menjunjung tinggi dan memberikan keharuman semerbak bagi peradaban rabbani tersebut. Mereka itulah yang disebut-sebut dalam Al-Quran orang-orang bertakwa (al-muttaqin) yaitu manusia mukmin multazim (komitmen) terhadap Islam secara utuh: akidah, ibadah dan muamalah. Orang yang takwa juga berarti mereka yang memiliki kehati-hatian dalam sikap dan berprilaku, sebagaimana definisi yang dikatakan Umar bin Khaththab (Takwa ialah: berjalan ditengah hutan dengan hati-hati). Berarti sikap takwa tersebut tercermin dalam semua dimensi kehidupan, akidah, ideologi, sosial, politik, ekonomi dan sebagainya.
Allah mensyariatkan shaum (puasa) selama satu bulan di bulan Ramadhan menghendaki maksud tertentu, yakni agar orang beriman yang melaksanakan kewajiban shaum menjadi orang-orang bertakwa. Karenanya berbagai aktifitas Ramadhan mengarah kepada pembentukan manusia yang memiliki kualifikasi kemampuan mengemban misi peradaban ilahiah, kepribadian utuh dalam aspek ruhiahakliah dan jasadiah.
Dari aspek ruhiah, kita dapati berbagai aktifitas Ramadhan yang membimbing seorang mukmin memelihara dan meningkatkan ruhiahnya. Sebut saja shalat taraweh atau qiyamullail (shalat malam), tilawah Al-Quran, I’tikaf dan sebagainya.
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang dimuliakan Allah
Dalam memenuhi kebutuhan akliah setiap mukmin dapat merasakan nikmat mendengarkan kuliah shubuh lewat berbagai media massa atau di masjid-masjid, Ia pun dapat menghadiri kuliah dzuhur atau ceramah taraweh, semuanya dilakukan dalam rangka menambah wawasan keislamannya, agar ia dapat melaksanakan ibadah kepada Allah dengan dasar ilmu bukan sekedar taklid buta. Demikian pula arahan-arahan yang berorientasi jasadiah, antara lain: arahan untuk menikmati keberkahan makan sahur, Rasulullah bersabda:

عَنْأَنَسَبْنَمَالِكٍيَقُولُ: قَالَرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَ:« تَسَحَّرُوافَإِنَّفِىالسَّحُورِبَرَكَةً(رَوَاهُالْبُخَارِىُّ)

Lakukanlah makan sahur, karena padanya terdapat keberkahan” (HR. Bukhari)
Mensegerakan ifthar (berbuka puasa) dengan makan yang halal, sehat dan bergizi. Demikian arahan agar tidak berlebihan dalam menkonsumsi makanan dan minuman, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَڪُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْ‌ۚ إِنَّهُ ۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ. الأعراف: ٣١

Dan makanlah dan minumlah, tetapi jangan israf ‘berlebihan’Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. Al ’Araaf: 31)
Jika makna “manusia beradab” adalah ia yang memiliki moralitas agama yang mulia, dalam bulan Ramadhan ini setiap mukmin ditempa untuk menjadi manusia seperti itu, karena ia dilatih selama sebulan untuk memelihara lisan, bersikap dan berprilaku moralis serta mengendalikan hawa nafsunya.
Masyarakat berperadaban yakni masyarakat ideal yang dicitakan Islam, yaitu sosok masyarakat yang diwarnai oleh jalinan solidaritas sosial yang tinggi, rasa persaudaraan yang solid antar manusia. Masyarakat tersebut bukan suatu utopis, karena masyarakat seperti ini pernah eksis dalam masyarakat madani yang dibina Rasulullah Saw (DR. Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensinya, 238, th.1998).
Ramadhan merupakan peluang besar untuk melakukan training menjadi manusia yang adil dan beradab, yakni manusia yang memiliki jiwa sosial dan peduli terhadap lingkungan dan masyarakat. Pada saat itu setiap mukmin dilatih melakukan sedekah, infak atau zakat, sebagai indikasi kepedulian sosialnya. Ia pun dilatih untuk dapat merasakan rasa letih dan lapar, agar ia memiliki rasa belas kasih kepada si miskin papa, tidak bersikap beringas, keras tanpa ada sedikit rasa kemanusiaan.
Sudahkah kriteria manusia muttaqin itu kita raih? Sudahkah sifat dan sikap beradab tersebut kita miliki. Sudahkah nilai-nilai Ramadhan tersebut tercermin pada kehidupan masyarakat dan bangsa kita.
Tentunya masing-masing yakin, bahwa manusia-manusia yang menjiwai Ramadhan dalam diri mereka danshaum yang dilakukan telah mampu menjadikan dirinya manusia yang adil dan beradab, niscaya jiwa dan hati mereka akan terpanggil untuk membantu saudara-saudaranya yang tengah mengalami kesulitan dan kesempitan moril dan materil. Sebagaimana kita yakin, manusia semacam itu tidak akan tega membiarkan umat Islam di Aceh dan Maluku serta di tempat lainnya dalam kesengsaraan yang tiada henti, mereka tidak akan menginginkan bangsa ini terpecah belah. Sebab ukhuwwah (persaudaraan) dan wihdah (persatuan) adalah motto masyarakat berperadaban, menuju bangsa yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah
Harapan itu dapat kita wujudkan dengan tekad bulat dan hati nurani yang bersih untuk membuat “Planning Ramadhan” yang jelas dalam menghadapi Ramadhan era millennium ketiga ini, dengan menjadikan bulan untuk membentuk pribadi-pribadi yang muttaqin dan menjadikan bulan perjuangan mempertahankan kesatuan dan persatuan umat, untuk menggapai ridha Ilahi. Allahumma taqabbal.

بَارَكَاللهُلِيْوَ لَكُمْفِيالْقُرْ آنِالْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْوَ إِيَّاكُمْبِمَا فِيْهِمِنَاْ لآيَاتِوَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَا للهُمِنِّيْوَ مِنْكُمْتِلاَ وَتَهُ، إِنَّهُهُوَ السَّمِيْعُالْعَلِيْمُ. أَسْتَغْفِرُ اللهَالْعَظِيْمَلِيْوَ لَكُمْ.

 http://www.hasanalbanna.com/membangun-peradaban-di-bulan-ramadhan/

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama