Banyak dokter di muka bumi dengan berbagai macam keahlian dan  spesialisasinya, tetapi sedikit sekali di antara mereka yang hafal  Al-Qur’an dan merindukan syahid di jalan Allah, di antara yang sedikit  itu adalah dokter Abdul Aziz Rantisi. Dokter Abdul Aziz Rantisi lahir  pada tanggal 23 Oktober 1947 di desa Bina, terletak di antara Askalan  dan Yafa. Memiliki nama lengkap Abdul Aziz Ali Abdul Hafidz Ar Rantisi  merupakan seorang dokter spesialis anak yang pernah bertugas di Rumah  Sakit Naser, di lingkungan Kamp Khan Yunis, Jalur Gaza pada tahun 1976. 
Beliau aktif disejumlah organisasi  dintaranya sebagai anggota Komite Islam, Organisasi Kedokteran Arab di  Jalur Gaza. Menjadi dosen di Universitas Islam Gaza sejak dibuka pada  tahun 1987 dengan memberikan mata kuliah Ilmu Genetik dan Parasit. 
Abdul Aziz Rantisi merupakan murid  dari Syekh Ahmad Yasin, tokoh spiritual, qiyadah/ pemimpin pejuang  Palestina melawan penjajah Zionis Israel di abad modern ini. Di bawah  bimbingan Syekh Yasin, Abdul Aziz Rantisi dapat memahami arti kehidupan  dan perjuangan untuk meraih kesuksesan/ keberuntungan yang sesungguhnya,  tegar dalam menghadapi cobaan, tidak terbuai dengan godaan dunia dan  yang lebih penting lagi adalah bercita-citanya untuk mati syahid. 
Beliau pernah dipenjara ditahanan  Kaffar Yunah bersama Sang Guru, Syekh Ahmad Yasin dan beberapa pejuang  Palestina lainnya dari Hamas. Di penjara tersebut Abdul Aziz Rantisi  melakukan muraja’ah (mengulang) Al-Qur’an yang sudah hafal diluar  kepalanya sejak tahun 1990. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.  Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang  siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh  ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan  yang memperdayakan. 
Untuk merealisasikan cita-citanya  untuk mati syahid, selain berdo’a, beliau berjuang dengan ikhlas, tidak  cinta dunia, tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah, tidak mau  kompromi dengan Zionis Israel, penjajah yang akan menghancurkan masjid  Al-Aqsha, kiblat umat Islam pertama. 
Ketika Syekh Ahmad Yasin syahid,  Senin, 22 Maret 2004 karena dirudal penjajah Zionis Israel. Maka  estafeta/ kelanjutan tampuk qiyadah/ kepemimpinan Hamas diembannya  dengan penuh tanggung jawab dan amanah. Beliau sebagai qiyadah/pemimpin  pengganti Syekh Ahmad Yasin sangat hati-hati terhadap uang atau materi  dan amanah merupakan bagian dari hidupnya, sehingga beliau ditsiqahi  (dipercaya) oleh pengikut dan pendukungnya.
Ada kata-kata hikmah yang  menjelaskan Tiada Tsiqah Tanpa Amanah, artinya bagaimana mungkin  seseorang akan tsiqah (percaya) kalau orang yang diberi amanah apalagi  sebagai qiyadah/ pemimpin dalam bermuamalah dengan anggota atau umat  tidak amanah, berbohong, bersilat lidah untuk memperkaya diri atau  menyelamat diri sendiri.
Syekh Abu Bakar Al-‘Awawidah,  anggota Rabithah Ulama Palestina di Suriah ketika berkunjung ke  Indonesia, tepatnya hari Jum’at, 28 September 2007/17 Ramadhan 1428H  bercerita kepada penulis tentang saat-saat terakhir kehidupan dr. Abdul  Aziz Rantisi setelah dihantam roket penjajah Zionis Israel, Ketika  badannya dipenuhi darah, kondisi sudah mulai agak lemah, beliau (Abdul  Aziz Rantisi) menunjuk ke kantong celananya, pengawalnya tidak paham apa  maksudnya, setelah tangan pengawalnya dimasukkan ke kantong celana dr.  Abdul Aziz Rantisi tampaklah beberapa uang,  dr. Abdul Aziz Rantisi  dengan kondisi tubuh yang sudah lemah meyampaikan pesan kepada  pengawalnya, berikan uang tersebut kepada si fulan, Subhanallah, Allah  memberikan kesempatan dan peluang kepada dr. Abdul Aziz Rantisi untuk  meninggalkan dunia tanpa beban dan hutang serta menunaikan amanah untuk  disampaikan kepada yang berhak. 
Bahkan sehari sebelum dihantam  roket penjajah Zionis Israel, beliau sudah mengambil uang tabungan  gajinya selama mengajar di Universitas Islam Gaza dan menghitung hutang  yang akan dilunasinya. Termasuk beliau memberikan bantuan untuk biaya  pernikahan anaknya, Ahmad. Setelah itu beliau berkata, ”Sekarang, jika  saya menemui Tuhanku, maka aku dalam keadaan bersih. Saya tidak memiliki  apa-apa dan tidak ada tanggungan apa-apa.” 
Pada hari Sabtu, 25 Shafar 1425/ 17  April 2004, dokter yang rindu syahid, dr. Abdul Aziz Rantisi dihantam  rudal zionis Israel, Innalillahi wainna ilaihi raji’un (Sesungguhnya  kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali), QS: Al-Baqarah/ 2:  156, maka tercapailah keinginannya seperti kalimat yang pernah dia  ucapkannya: Kita akan mati suatu hari nanti, tiada apa yang dapat  mengubahnya. Jika maut disebabkan Apache (helikopter tempur buatan  Amerika) atau serangan jantung, saya lebih rela memilih Apache…" 
Janganlah kamu mengira bahwa  orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup  di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.(QS: Ali Imran/3: 169). H. 
(Ferry nur S.Si/ Sekjen KISPA ferryn2006@yahoo.co.id/rz)
 

Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com