ETIKA DALAM KERJA KOLEKTIF

Tarqiyah :


قال الإمام الشهيد :" أيها الشباب إنما تنجح الفكرة إذا قوى الإيمان بها, وتوفر الإخلاص فى سبيلها, وازدادت الحماس لها, ووجد الاستعداد الذى يحمل على التضحية والعمل لتحقيقها, وتكاد تكون هذه الأركان الأربعة : الإيمان, والإخلاص, والحماس, والعمل من خصائص الشباب. لأنّ أساس الإيمان القلب الذكى, وأساس الإخلاص الفؤاد النقى, وأساس الحماس الشعور القوى, وأساس العمل العزم الفتى, وهذه كلها لا تكون إلا فى الشباب. ومن هنا كان الشباب قديما وحديثا فى كل أمة عماد نهضتها, وفى كل نهضة سر قوتها, وفى كل فكرة حامل رايتها. (إنهم فتية آمنوا بربهم وزدناهم هدى). الكهف : 13."    
Dari ungkapan diatas kita tergugah untuk menjadi pemuda harapan ummat, tentunya dengan memiliki empat karakter yang telah disebutkan.
Namun di lapangan kita tidak bisa bekerja seorang diri, meski telah memiliki empat karakter itu. Dengan kata lain kita harus bekerja secara kolektif atau diistilahkan dengan amal jama’i. Sudah menjadi sunnatullah, setiap manusia dan makhluk lain membutuhkan bantuan dari yang lain. Contoh kecil ketika ingin membangun sebuah rumah, membutuhkan pembuat semen, cat, kaca, dll. Apalagi ketika ingin membangun atau menegakkan nilai- nilai Islam dalam kehidupan, tidak semudah membangun rumah karena harus melalui tantangan dari luar maupun dalam, maka sangat dibutuhkan kerja kolektif yang dilandasi empat karakter seperti yang diungkapkan oleh imam syahid.
Dalam menjalani kerja kolektif ini, dibutuhkan etika agar berjalan sesuai dengan harapan. Diantara etika itu :
  1. Ukhuwah
a.      Kerja kolektif ini membutuhkan sifat saling mencintai satu sama lain dengan ikatan akidah.
b.      Juga sepatutnya menyadari bahwa persatuan merupakan simbol kekuatan, persatuan tidak terwujud tanpa cinta, minimal memiliki keluasan hati dan lapang dada, yang tertinggi itsar dengan melihat saudaranya lebuh baik dari dirinya.
c.       Mengetahui bahwa syaithan dan pengikutnya sangat tidak menginginkan persatuan umat Islam. Maka harus kita hindari sejauh- jauhnya diantaranya tidak dengki, tidak mengghibah, dan tidak mengadu domba.
d.      Persaudaraan ini juga merupakan salah satu pondasi membangun masyarakat Islami, seperti yang dicontohkan rasulullah saw di Madinah, beliau saw menjadikan persaudaraan ini sebagai pondasi kedua setelah akidah dengan membangun masjid.
e.      Persaudaraan dapat meringankan beban, memecahkan masalah. Bisa kita renungi firman Allah Q.S Al Qashash :35 dan Q.S Thaha :29-35.
  1. Tsiqah
a.      Tsiqah dengan manhaj, seorang muslim tidak dapat beramal dan beraktifitas tanpa penerimaan penuh dalam dirinya tentang kebenaran manhajnya atau ajarannya, seperti yang ditegaskan Allah dalam Q.S Hud :17 dan Q.S An Naml :79. Dengan demikian dia mampu memikul beban berat yaitu menerapkan hukum Allah di bumi.
b.      Tsiqah dengan pemimpin, kita dituntut untuk percaya dengan pemimpin yang terpilih sesuai aturan. Suatu ketsiqahan yang menimbulkan ketenangan hati, kecintaan, penghormatan, dan ketaatan.
Pemimpin adalah bagian dari sebuah kelompok, kekokohan sebuah  kelompok ditentukan dari ketsiqahan yang tinggi dari kedua pihak (pemimpin dan yang dipimpin).
Jika terjadi salah faham, segera  bertemu untuk tabayun dan jangan terpancing dengan ungkapan pihak lain yang bertujuan menghancurkan kekokohan atau keutuhan kelompok. Diantara cara untuk mengokohkan ketsiqahan yaitu dengan mengetahui pemimpinnya dari dekat, dan memahami kondisinya.
Sikap ini tidak menafikan nasehat serta usulan yang bersifat konstruktif dan dalam mencapai kemaslahatan bersama yang lebih baik.
Ketika sudah tsiqah kepada pemimpin, maka otomatis harus tsiqah kepada orang- orang yang bersamanya dalam memikul beban berat ini.
  1. Taat
Ketaatan seorang muslim kepada pemimpinnya berarti telah menjalankan perintah Allah swt. Karena pemimpin dalam Islam adalah orang yang menjalankan penerapan hukum- hukum Islam. Atau berusaha untuk memberikan jalan untuk itu.seperti yang dilakukan oleh pergerakan Islam saat ini. Bisa kita lihat Q.S An Nisa :59.
Ketaatan ini berlaku kepada seluruh pemimpin tanpa terkecuali, selama jalan pemilihannya sesuai syari’at. Rasulullah telah menegaskan dalam haditsnya :
"اسمعوا وأطيعوا وإن استعمل عليكم عبد حبشى كأن رأسه زبيبة"
Kemudian Khalid bin Walid telah mencontohkan kepada kita untuk tunduk kepada pemimpin setelah posisi beliau sebagai pemimpin pasukan dalam sebuah peperangan digantikan oleh Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah.
Mari kita biasakan dan berusaha untuk taat kepada pemimpin dengan menjalankan perintahnya dan tidak memberikan syaithan peluang untuk menjadikan kita sombong.
Jiwa sombong sulit untuk menerima dan menjalankan perintah yang baik, juga jauh dari ketawadlukan. Allahummaj’alna min al’amilina lidiinik wa taqabbal minna
 Abu Mush’ab*
 Wallahu A‘lam.

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama