Memupuk Imaniyah untuk mencapai ridha Allah


Gema
Dakwah
: Yang dimaksud dengan keimanan adalah keyakinan yang terhunjam di dalam lubuk hati yang terdalam bahwa kehidupan dan kematian seseorang berada di dalam genggaman Allah Subhanahu Wata’ala. Sekalipun seluruh anak Adam dari dahulu sampai sekarang berkongsi untuk mendatangkan manfaat kepada seseorang, tidak bisa mewujudkannya tanpa izin dan restu dari Allah Subhanahu Wata’ala. Sebaliknya, walaupun seluruh anak Adam sejak awal hingga kini, bersinergi untuk mendatangkan madharat kepada seseorang, tidak kuasa melakukannya tanpa campur tangan Allah Subhanahu Wata’ala.

Keimanan yang mengantarkan seseorang untuk tenang dalam menghadapi  yang ditakuti manusia modern, yaitu ketakutan tidak mendapatkan jodoh, rizki, dan takut kehilangan nyawa satu-satunya. Seorang mukmin meyakini dengan sepenuh jiwa bahwasanya jodoh, rizki, kematian, hanya di tangan Allah Subhanahu Wata’ala.

 Rasul saw. berpesan:

إِنَّ رُوْحَ الْقُدْسِ نَفَثَ فِيْ رَوْعِيْ: إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتُ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِيْ الطَّلَبِ وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِيْ اللهِ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرَكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ

Malaikat Jibril membisikkan di dalam hatiku, bahwa suatu jiwa tidak akan mati hingga telah sempurna rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan carilah (rezeki) dengan cara yang baik —halal, proporsional dan tidak tersibukkan dengannya— dan hendaklah tertundanya (lambatnya datang) rezeki tidak mendorong kalian untuk mencarinya dengan kemaksiatan kepada Allah, karena sesungguhnya keridhaan di sisi Allah tidak akan bisa diraih kecuali dengan ketaatan kepada-Nya (HR Abu Nu’aim, al-Baihaqi dan al-Bazar dari Ibn Mas’ud).

Keimanan tentang rezeki itu menjadi salah satu kunci seorang tidak akan tersibukkan dengan dunia, tidak menjadi pemburu harta, bisa bersikap zuhud, giat beramal, berdakwah amar makruf nahi mungkar dan ketaatan pada umumnya. 

Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang rahasia zuhudnya. Beliau menjawab, “Aku tahu rezekiku tidak akan bisa diambil orang lain.Karena itu, hatikupun jadi tenteram. Aku tahu amalku tidak akan bisa dilakukan oleh selainku. Karena itu, aku pun sibuk beramal. Aku tahu Allah selalu mengawasiku. Karena itu, aku malu jika Dia melihatku di atas kemaksiatan. Aku pun tahu kematian menungguku. Karena itu, aku mempersiapkan bekal untuk berjumpa dengan-Nya. 

Ciri seorang mu'min yang beriman kepada Allah adalah, seorang hamba yang terpaut hatinya ke Mesjid, 

Diriwayatkan oleh Abu Huraira ra, dari Nabi sallallaahu 'alaihi wa sallam, bersabda: 

"Ada tujuh orang yang akan Allah naungi di Naungan-Nya pada Hari ketika tidak ada naungan kecuali Naungan-Nya; seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Agung, seorang pria yang hatinya melekat pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak berzina oleh wanita cantik dan berposisi tinggi tetapi dia menolak dan mengatakan: 'Saya takut kepada Allah', seseorang yang memberi amal dan menyembunyikannya, hingga tangan kirinya pun tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya dalam amal; dan seseorang yang berzikir kepada Allah dalam kesendirian hingga meneteskan air mata."  

Seorang yang beriman mempunyai sifat yang selalu mengerjakan qiyamul lail, Allah Ta’âlâ berfirman,

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ. تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ.

“Sesungguhnya, orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang, apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Rabb-nya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidur mereka, sedang mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” [As-Sajadah: 15-16

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

“Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” [Al-Furqân: 64]

Seorang hamba yang beriman mempunyai sifat yang selalu berupaya menjaga kebaik-baikan dan berzikir kepada Allah Swt,
Dalam sebuah hadis riwayat Abdullah bin Bisr, Nabi SAW berpesan kepada seseorang yang bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah, tuntunan dan syariat Islam telah banyak diturunkan dan saya merasa berat. Karena itu, kabarkanlah kepada saya suatu amalan yang ringkas, tetapi dapat mencukupkan amal ibadahku."Rasulullah SAW pun menjawab, "Hendaknya engkau selalu berzikir kepada Allah." 

Orang yang selalu mengingat Allah juga berhati-hati supaya terhindar dari perbuatan maksiat. Kalaupun melakukan hal itu, dia segera terpanggil untuk bertobat dan memohon ampunan kepada-Nya.

Sebaliknya, orang yang jauh dari mengingat Allah akan mudah lalai. Dia menganggap ringan perbuatan dosanya, sehingga alih-alih menyesal, justru pada waktu berikutnya dilakukannya lagi. Taraf paling parah dari orang yang melupa-lupakan Rabb adalah istidraj. Hal itu ditandai dengan melimpahnya kenikmatan, tetapi membuat si pelaku jauh dari rahmat Ilahi. oleh karena itu banyak amalan amalan memupuk keimanan kita sebagai hamba yang beriman baik itu Shalat, puasa, shadaqah, zakat, membaca atau menghafal Al-Qur'an, menghadiri majelis dakwah dan ilmu.

 Editor : Admin GemaDakwah.


 

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

أحدث أقدم