Tsawabit Amal Islami Menurut Imam Al-Banna (Bag. 7)

تبنى العقيدة الصحيحة على أساس آيات الكتاب الجكيم، وأحاديث الرسول – صلى الله عليه وسلم – وسير الصالحين، ومسالك الموقنين، من غير التفات إلى نظريات فلسفية، أو أقيسة منطقية، وإنما من خلال لفت الأنظار إلى عظمة الباري في كونه، وإلى جلال صفاته بالنظر إلى مخلوقاته، والتذكير بالآخرة في أسلوب وعظي، بطريقة لا تعدو جلال القرآن الكريم في هذه المعاني كلها (1).
Aqidah (sambungan bab Siasat Tarbiyah)
Aqidah yang benar dibangun di atas pondasi ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi saw., sirah orang-orang shalih, perjalanan orang-orang yang yakin –al-muuqiniin-, tanpa terperosok dalam teori-teori filsafat, atau logika-logika mantiq, akan tetapi dengan cara merenung pada keagungan Dzat Pencipta di alam maya pada ini, lewat keagungan sifat-sifat-Nya dengan cara melihat makhluk-makhluk-Nya dan selalu mengingat kehidupan akhirat dengan pendekatan menyentuh qalbu -uslub mauizhah-, dengan metode yang tidak menyalahi keagungan Al-Qur’an dalam hal tersebut di atas, (Al-Muadzakirat;64).
وتجدر الإشارة إلى أنه لا ينبغي هدم عقيدة فاسدة إلا بعد بناء عقيدة صحيحة (2).
Penting di sebutkan di sini, bahwa tidak sepatutnya menghancurkan aqidah yang telah rusak yang telah ada, kecuali setelah membangun aqidah yang benar secara kuat, (Al-Muadzakkirat;64).
كذلك ينبغي تدريس العقيدة للإخوان على أساس مذهب السلف في السكوت عن المتشابهات، وتفويض معناها إلى الله تعالى (3). إلا أن بعض القضايا التي أثارها السلفيون وأدخلوها في العقيدة هي في نظرنا من الفروع وليست من أصول الدين (4).
Begitu juga hendaknya Al-Akh mengkaji aqidah sesuai dengan madzhab Salaf yaitu, tidak memaksakan diri dalam hal-hal mutasyabihat, arti dan kandungan sebenarnya diserahkan pada Allah swt., (Risalah Aqaid: Ar-Rasail;1/330), kecuali sebagian permasalahan-permasalahan yang  sering dibahas oleh kalangan salafiyyun di mana mereka memasukkannya dalam bab aqidah, berbeda dengan pandangan kami, kami melihat ini masuk bab furu’ atau cabang, bukan masuk katagori ushuluddin atau prinsip-prinsip agama, (Risalah Ta’alim: Ar-Rasail;1/270).
إلى جانب هذا، فإن للإخوان عقيدة خاصة تسمى عقيدة الإخوان المسلمين، تلخص فهمهم للإسلام، لا بد من دراستها والعمل بمقتضاها (5) (6).
Dari semua ini, Ikhwan memiliki aqidah khusus yang disebut dengan aqidah Ikhwanul Muslimin, yang inti-sari pemahaman mereka sesuai dengan Islam, yang wajib dikaji dan dilaksanakan konsekwensinya, (Abdul Halim;40-41 / Al-Mudzakkirat;169-170).
Al-Qur’an Al-Karim
القرآن الكريم محور التربية الإخوانية (1). ولهذا يحرص الإخوان على الإكثار من تلاوته، والتعبد بقراءته، والتقرب إلى الله تبارك وتعالى به (2).
Al-Qur’an adalah pusaran tarbiyah ikhwaniyah, (Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun: Ar-Rasail; 2/87-88). Oleh karena itu setiap ikhwan bersemangat untuk memperbanyak membacanya, beribadah dengan mentadabburinya, dan bertaqarrub kepada Allah swt dengan berinteraksi dengannya, (Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun: Ar-Rasail; 2/84).
Jika kita melihat realitas umat dewasa ini, maka kita akan menemukan mereka telah terjebak pada jahil atau ketidak-tahuan terhadap kitabullah, kondisi ini menghalangi mereka untuk istinbath hukum –merumuskan hukum-, menjadikan mereka puas dengan ringkasan-ringkasan semata, dan rela dengan komentar-komentar, menjadikan mereka juga tumpul terhadap cita-cita dan keinginan dalam meraih tujuan-tujuan, (Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun: Ar-Rasail; 2/86).
وإذا أخذنا كتب التفسير بعين الاعتبار، فإننا نجد أن قسماً كبيراً من التفاسير القديمة كان متأثراً بقضايا الفلسفة، وكثيراً ما حاول البعض استنباط ما يوافق مذهبه في العقيدة أو الفروع، وكثير من كتب التفسير ما كانت أكثر من ردود على كتب سابقة. لهذا يجب أن تعتبر أكثر تلك الكتب خاصة بالعصر الذي وجدت فيه، من حيث تلونها بلونه (4).
Jika kita menilai tafsir-tafsir yang ada, maka kita temukan sebagian besar tafsir-tafsir klasik terpengaruh dengan permasalahan-permasalahan filsafat, sebagian juga ada yang berusaha beristimbath sesuai dengan madzhabnya dalam bidang aqidah atau furu’ –cabang- saja, sebagian tafsir lain berusaha untuk mengcounter kitab-kitab sebelumnya, oleh sebab itu, kitab-kitab tersebut dianggap lebih khusus pada zamannya –tidak up to date dengan perkembangan zaman-, dalam konteks corak yang mewarnainya, (At-Tafsir:10-12)
 لهذا كله يرى الإخوان أنه ينبغي أن يفهم القرآن الكريم طبقاً لقواعد اللغة العربية من غير تكلف ولا تعسف (1)،
Oleh karena itu, Ikhwan melihat hendaknya Al-Qur’an dipahami sesuai dengan kaidah bahasa Arab, tanpa harus ada pemaksaan, tidak juga ada pikiran sempit, (Risalah Ta’alim: Ar-Rasail;1/268),
مع الإلمام بالسيرة النبوية المطهرة، والعناية بنوع خاص بأسباب النزول، وارتباطها بمواضعها من هذه السيرة.
Dalam waktu bersamaan hendaknya menguasi sirah Nabi saw., memperhatikan juga latar belakang turunnya ayat, dan mengkaitkan tema-temanya dengan sirah ini.
Demikian juga kembali pada tafsir-tafsir taqlidiyah setelah itu, focus juga pada kandungan lafal secara rinci, atau sesuai pemahaman tersirat, atau dibutuhkan tsaqafah tertentu yang bisa membantu pemahaman yang benar terhadap kitabullah, inilah alat-alat bantu untuk memahami Al-Qur’an, (At-Tafsir;26-27) bersambung….

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama