Abdul Lathief Zabidi
Imaginer
 politik seharusnya mengkhayalkan sejumlah sekenario yang ada di kepala 
Kisingger sampai dia mengatakan, “Israel tidak akan memiliki eksistensi 
10 tahun mendatang”. Pemerintah penjajah Israel layak untuk kebakarang 
jenggot sebab kali ini yang menjadi saksi adalah “orang dalam” sendiri. 
Tak ada yang membayangkan bahwa serigala tua ‘bermimpi dalam tidurnya’ 
bahwa mendung menyelimuti Israel agar Israel segera memesan tiket 
kepergiannya dan menyiapkan tas-tas dan barang bawaan mereka untuk pergi
 dari Palestina. 10 tahun adalah jangka waktu perkiraan bisa jadi lebih 
pendek 2 atau tiga atau banga mungkin 20 tahun. Sejak beberapa bulan 
belakangann memang Henry Kisingger bikin sejumlah statemen yang 
menggemparkan. Bahkan ia pernah bilang ketika ditawari visa Israel, 
“Saya tak ingin visa sementara.” Bahkan pakar lain Degol yang 
diundang-undang berkali-kali ke Israel menyatakan, “Saya tidak akan 
berkunjung ke negara yang nasibnya pasti hilang”. Mereka adalah pakar 
yang lebih kuat di banding sebuah gunung.
Negara
 Israel sebagai negara “buatan” tidak memiliki perangkat-perangkat untuk
 bisa bertahan hidup lebih lama di kawasan Timteng. Ia tidak akan 
bertahan lama jika alat untuk mempertahannya adalah peperangan. Negara 
yang didasarkan kepada prinsip kedengkian, kebencian dan ingin 
menghilangkan eksistensi negara dan bangsa lain tidak akan bertahan 
lama. Jika perimbangan kekuatan berubah maka nasib mereka pasti akan 
berakhir. Peperangan bukan hal baru dalam mempertahankan kehidupan. 
Perang adalah hukum alam umum bagi kehidupan tumbuhan dan binatang serta
 manusia. Hukum alam itu selalu bicara dua hal; keuntungan yang 
menciptakan situasi baru atau meluruskan situasi lama. Namun jika 
peperangan menjadi langgam wajib, maka ini adalah penyakit yang tidak 
akan bertahan lama. 
Buktinya Israel 
adalah negara dengan tingkat kebencian kepada bangsa lain yang melampaui
 batas. Bahkan mereka benci kepada diri sendiri. Perdamaian yang menjadi
 tujuan orang yang waras justru menakutkan Israel. Mereka ditimpa 
kebodohan. Israel menjadi sok tahu dan sok hebat. Israel lupa bahwa 
mereka hanya sekedar boneka dan alat bagi negara-negara kuat dengan 
mencekik “kebangkitan satu bangsa”. Bahkan Henry Kisingger sendiri tak 
bisa menyembunyikan hakikat ini. Bahkan para cendikiawan di Israel 
menurut Mahatma Gandhi ketika berkunjung ke Italia, negara Mussolini, 
“Berapa tahun bisa bertahan sebuah negara yang dibangun di atas 
peperangan senapan?” 
Harus, para elit 
Palestina yang sedang berpecah untuk melakukan rekonsiliasi. Di depan 
mereka ada liburan 10 tahun, jedah yang diberikan Henry. (Elhaleej, 
Emirat)
 
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com